Bisnis.com, BANDUNG – Permintaan produk minyak kelapa sawit dunia akan meningkat cukup tinggi pada tahun depan meskipun produksi crude palm oil sedang melambat dan permintaan negara- negara pengimpor terbesar masih menurun dibandingkan tahun sebelumnya.
Analis dari Godrej International LTD Dorab E. Mistry memprediksi pasar India masih tetap membutuhkan CPO untuk memenuhi kebutuhan industri refinerynya pada tahun depan, meskipun nilai impor negara itu jauh menurun pada tahun ini.
“Konsumsi akan menguat. Faktor pemicunya karena pemerintahan baru Modi,” katanya dalam International Palm Oil Conference, Jumat, (28/11/2014).
Sampai Oktober 2014, GAPKI mencatat ekspor cpo dan minyak kernel ke negara pengimpor terbesar itu mencapai 3.325.000 ton, padahal akhir tahun lalu mampu menembus 6.102.000 juta ton
Sementara itu, Ekspor ke Tiongkok dan Uni Eropa pun juga belum menyamai posisi tahun lalu. Dorab mengatakan kedepannya Afrika menjadi salah satu pasar yang atraktif untuk permintaan kelapa sawit seiring murahnya harga CPO saat ini.
“Virus Ebola yang ditakutkan tidak akan berdampak signifikan terhadap permintaan CPO, karena Ebola hanya melanda Afrika Barat,” katanya.
Secara global, dia memperkirakan permintaan CPO untuk pangan akan melonjak 3,5 - 4 juta ton, sedangkan permintaan CPO untuk biofuel sedikitnya akan mencapai 1 juta ton tahun depan.
Namun, dia mengatakan permintaan tersebut akan banyak bergantung pada produksi Indonesia dan kebijakan mandatory biodiesel di beberapa negara seperti Indonesia, Brazil dan Amerika Serikat.
Direktur Eksekutif GAPKI Fadhil Hasan meskipun ekspor Tiongkok, Uni Eropa dan India melemah, namun pasar Amerika Serikat dan Pakistan tumbuh signfikan yang diharapkan dapat terulang pada tahun depan.
“Berita baiknya, ekspor USA sampai Oktober sudah hampir lebih tinggi dari jumlah tahun lalu. Begitu juga Pakistan, kita bisa bersaing dengan Malaysia,” katanya.
Ekspor CPO dan minyak kernel ke USA mencapai 378.000 ton sampai Oktober 2014, selisih sedikit dari total tahun lalu yang mencapai 381.000 ton.
Sementara itu, Fadhil mengatakan ekspor ke Pakistan bisa saja melampaui dua kali lipat pencapaian tahun lalu. Sampai Oktober, volume ekspor sudah tercatat 1.241.000 ton sedangkan volume tahun lalu hanya 903.000 ton.
Meski demikian, Fadhil mengatakan proyeksi pasar dunia akan sangat tergantung dengan pemulihan ekonomi di Tiongkok dan India, panen bagus dari minyak sayur, implementasi mandat biodiesel serta kelanjutan dari penolakan CPO yang gencar dilakukan Uni Eropa.