Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Avtur Turun, Operasional Maskapai Tak Terpengaruh

Turunnya harga avtur di pasar internasional tidak dinikmati oleh maskapai penerbangan nasional.
ilustrasi/bisnis.com
ilustrasi/bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA -- Turunnya harga avtur di pasar internasional tidak dinikmati oleh maskapai penerbangan nasional lantaran produksi avtur tidak dilakukan di dalam negeri.

Ketua Indonesia National Air Carriers Association (Inaca) Arif Wibowo mengatakan saat ini harga avtur di pasar internasional berkisar antara US$87 sen hingga US$90 sen per liter.

Harga tersebut menurutnya tergolong lebih rendah dibanding harga avtur beberapa bulan sebelumnya yang berkisar US$95 sen.

“Meskipun harga avtur agak turun tapi tidak berpengaruh kepada maskapai nasional karena Indonesia adalah net importir sehingga harga avtur yang dijual di dalam negeri bergantung kepada nilai tukar dolar AS terhadap rupiah,” ujarnya, Kamis (20/11/2014).

Pihak Lion Group pun belum merasakan pengaruh turunnya harga minyak dunia, yang seharusnya berdampak ke penurunan harga avtur pesawat yang mengambil porsi 35% hingga 40% biaya operasional.

“Kalau turun, akan membahagiakan perusahaan karena mengurangi biaya operasional. Tetapi perlu diingat, kalau pun harga turun, tetapi rupiah kita masih melemah, maka avtur secara rupiah akan relatif sama,” ungkap Direktur Umum Lion Group, Edward Sirait.

Selain itu, lanjutnya, penurunan harga minyak tersebut juga bergantung pada kebijakan PT Pertamina yang menentukan besaran penurunan.

Menurutnya, sistem penetapan harga minyak oleh Pertamina setiap dua minggu atau satu bulan, sehingga cenderung menyulitkan perusahaan dalam menghitung biaya operasional.

“Sistem di kita itu periodik, tidak seperti di negara-negara lain yang menentukan harga minyak itu harian,” katanya.

Terkait kenaikan harga BBM bersubsidi yang dilakukan pemerintah saat ini, menurut Arif Wibowo, hal itu belum berdampak langsung terhadap dunia penerbangan karena frekuensi perjalanan penumpang masih cukup tinggi dengan tingkat keterisian pada penerbangan mencapai lebih dari 75%.

“Kalau harga BBM naiknya tidak signifikan, saya pikir pengaruhnya ke airlines tidak besar. Kalau misalkan harga BBM bersubsidi naik signifikan maka masyarakat bisa menyusun ulang rencana perjalannya dengan angkutan udara,” katanya.

Yang harus diwaspadai, lanjutnya, adalah bagaimana meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta investasi dalam negeri.

Berdasarkan pengalaman 2013 lalu, menurutnya, dunia penerbangan terkena imbas perlambatan pertubuhan ekonomi sejak semester pertama hingga triwulan ketiga.

“Saat itu pertumbuhan ekonomi stagnan ditambah depresiasi rupiah terhadap dolar AS sehingga orang mengurangi frekuensi perjalanan, termasuk pemerintah mengurangi perjalanan dinas sehingga hal ini mempengaruhi maskapai penerbangan secara keseluruhan,” urainya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Saeno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper