Bisnis.com, BEIJING — Para analis tren ekonomi dari Policy Support Unit APEC 2014 di Beijing merekomendasikan agar ekonomi anggota APEC lebih fokus pada pembangunan sektor jasa inovatif untuk menjaga keberlanjutan pertumbuhan ekonomi.
Pekan ini, para menteri dan pejabat senior anggota APEC berkumpul di Beijing untuk membahas upaya menggenjot pertumbuhan kawasan sebagai isu utama dalam KTT pekan depan.
PDB Asia Pasifik hanya bertumbuh sekitar 3,9% pada paruh pertama tahun ini, atau turun dari pembukuan 4,3% pada paruh kedua tahun lalu. Oleh karena itu, fokus pertemuan APEC tahun ini adalah untuk menstimulasi pertumbuhan melalui sektor jasa.
Direktur APEC Policy Support Unit Denis Hew menjelaskan sektor jasa telah menjadi faktor penggerang terpenting dalam upaya mentransformasi pertumbuhan ekonomi Asia Pasifik selama 25 tahunterakhir.
“Sektor asa tampil sangat apil dibandingkan sektor-sektor lainnya dan dapat mendongkrak angka lapangan kerja dengan pendapata yang lebih tinggi di kawasan ini,” ujarnya di sela-sela briefing di APEC International Media Center, Jumat (7/11/2014).
Menurutnya, di antara 3 sektor utama—agrikultur, industri, dan jasa—di ekonomi anggota APEC, sektor jasa tercatat yang memiliki pertumbuhan rerata tahunan tertinggi selama 1989-2009.
Pada periode tersebut, lanjut Hew, angka pendapatan di ekonomi anggota APEC bertumbuh 83%, yang mana 60% di antaranya didapat dari ekspansi bisnis dari sektor jasa.
Sementara itu, analis APEC Policy Support Unit Quynh Le menambahkan sektor jasa di Asia Pasifik saat ini sudah semakin terkoneksi dengan sektor manufaktur. Jasa banyak digunakan untuk program diversifikasi untuk meningkatkan efisiensi produksi.
“Sektor jasa juga berperan penting dalam rantai produksi global. Pembangunan sektor jasa tidak hanya penting untuk memperkuat produktivitas regional, tapi juga akan memperdalam kapasitas kawasan dalam meningkatkan rantai nilai global,” terangnya.
Terkait hal tersebut, APEC memainkan peran penting dalam menumbuhkan daya saing sektor jasa melalui pengembangan inovasi, yang mencakup peraturan belanja online atau pengenalan terhadap jasa logistik udara berbiaya rendah.
Menurut Le, APEC dapat mereformasi sistem IPR guna merefleksikan keunikan karakteristik masing-masing inovasi di sektor jasa. Untuk itu, dibutuhkan pasokan tenaga kerja berkeahlian tinggi yang akan memengaruhi mobilitas SDM lintas batas negara.
Direktur Eksekutif Sekretariat APEC Alan Bollard menambahkan beberapa isu terkait pengembangan inovasi sektor jasa akan dibahas sebagai salah satu agenda penting Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pada 10-11 November mendatang.
“Meningkatkan konektivitas people-to-people adalah agenda penting kami, khususnya dalam hal fasilitasi arus tenaga kerja dan pelajar lintas batas negara. Tujuannya adalah untuk memastikan ada pertukaran skill dan ilmu antaranggota APEC.”
Dia menambahkan konektivitas antarmanusia di APEC merupakan ujung tombak dari sektor jasa yang berkembang pesat, agar dapat dijadikan sebagai tulang punggung pertumbuhan dan pendapatan yang lebih tinggi di Asia Pasifik.