Bisnis.com, JAKARTA—Target ambisius Kementerian Perdagangan untuk menumbuhkan ekspor hingga 300% dalam 5 tahun ke depan dinilai masih memungkinkan untuk dicapai, selama ekspetasi itu disokong oleh Kementerian Perindustrian untuk memperkuat sektor manufaktur.
Pasalya, fungsi Kemendag dipandang lebih bersifat sebagai promotor dan eksekutor target ekspor. Sementara itu, ujung tombak untuk memproduksi barang-barang ekspor bernilai tambah sangat bertumpu pada kinerja Kemenperin.
Peneliti LP3E Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Ina Primiana menjelaskan target ekspor dengan pertumbuhan 60% per tahun mulai 2015 itu harus dicapai dengan mengandalkan produk industri, dan bukan komoditas mentah lagi.
“Target 300% itu harus dilihat dulu apa produk ekspor nonmigasnya. Kalau [produknya] manufaktur bernilai tambah, mungkin saja bisa tercapai asalkan semua sumbatan yang selama ini menghambat kinerja perdagangan dihilangkan,” katanya dihubungi, Selasa (28/10/2014).
Namun, dia berpendapat ada peluang Kemenperin susah mengimbangi target Kemendag mengingat Menperin Saleh Husin merupakan figur yang relatif baru di dunia perindustrian. “Dia belum paham betul kondisi industri nasional seperti apa. Ini yang perlu dijembatani.”
Untuk itu, lanjutnya, menperin yang baru diharapkan ekstra fokus terdahap penguatan industri hulu dalam jangka pendek guna memastikan agar ketersediaan bahan baku mencukupi untuk kebutuhan industri dalam negeri.
Guna membangun industri hulu tersebut, lanjutnya, Kemendag dan Kemenperin juga harus berkoordinasi dengan kementerian teknis lain seperti pertanian, perikanan dan kelautan, serta perhubungan.
“Kemudian juga dengan Kementerian Keuangan, misalnya sejauh mana mereka bisa memberi insentif untuk industri-industri padat karya untuk menumbuhkan ekspor. Jadi [Mendag] Rachmat Gobel tidak bisa jalan sendiri,” sambungnya.
Menteri Perdagangan Rachmat Gobel menjanjikan salah satu target utamanya adalah menaikkan pertumbuhan ekspor menjadi tiga kali lipat dari target tahun ini senilai US$184,3 miliar selama masa baktinya hingga 2019.
Untuk itu dia akan menggarap tidak hanya sektor-sektor unggulan ekspor saja, tetapi seluruh sektor akan dipacu kinerja ekspornya. Dia juga mengatakan mulai tahun depan Indonesia bakal lebih agresif menyerang pasar-pasar Asean dengan produk berdaya saing tinggi.