Bisnis.com, JAKARTA—Tren defisit perdagangan Indonesia terhadap Chna berpeluang semakin memburuk dalam lebih dari satu dekade mendatang, seiring dengan prediksi bahwa raksasa Asia Timur itu akan kian merajai arus perdagangan dunia pada 2030.
Para analis PricewaterhouseCoopers (PwC) memproyeksi Negeri Panda bakal merebut porsi terbesar dalam rute perdagangan dunia pada 2030, dipicu oleh peningkatan kesejahteraan konsumen yang memantik lonjakan pembelian barang dari luar negeri.
Namun, tingginya permintaan tersebut juga diimbangi dengan pergeseran orientasi ekspor China dari produk-produk berbasis manufaktur ke barang-barang yang bernilai lebih tinggi. Padahal, produk Indonesia yang diekspor ke China lebih didominasi oleh komoditas.
Pada 2030, total nilai perdagangan RI-China diperkirakan menyentuh level US$17 miliar meroket dari pembukuan 2013. Adapun, total perdagangan barang dunia pada tahun yang sama diprediksi naik dua kali lipat menjadi US$18 triliun.
“Hubungan dagang China dengan negara-negara Asean yang berbiaya rendah seperti Indonesia akan semakin kuat, karena banyaknya perusahaan [China] yang berusaha mencari tenaga kerja murah di sini,” papar Ekonom Senior PwC Richard Boxshall, Rabu (22/10/2014).
Bagi dunia usaha, lanjutnya, hal itu mengindikasikan China bakal semakin memperkuat posisinya sebagai pusat perdagangan barang terpenting di dunia. Negara tersebut juga akan memiliki rute dagang terbanyak dari hanya dua rute pada 2013 menjadi tujuh pada 2030.
“Peran China di Asean juga akan dibarengi dengan kucuran investasi yang besar di sektor infrastruktur, terutama di bidang transportasi, sehingga memungkinkan perpindahan barang yang semakin mudah ke pasar RI.”
Secara nilai dan volume, saat ini China merupakan mitra dagang terbesar dan nomor satu bagi RI. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat total perdagangan RI-China tumbuh positif 19,58% dalam lima tahun terakhir.
Namun, neraca perdagangan RI terhadap Negeri Tirai Bambu terus mencatatkan defisit dari tahun ke tahun. Pada 2013, shortfall perdagangan terhadap RRT mencapai US$7,24 miliar, turun tipis dari torehan defisit 2012 senilai US$7,72 miliar.
Sepanjang paruh pertama tahun ini, defisit dengan China bernilai US$5,86 miliar, membengkak 54,95% dari capaian tekor pada semester pertama tahun lalu senilai US$3,78 miliar.