Bisnis.com,JAKARTA--Perdagangan sektor hortikultura tercatat defisit pada semester I/2014 sebesar US$608.132 juta.
Berdasarkan data dari BPS yang diolah Kementan, nilai impor hortikultura sebesar US$863,6 juta dengan volume 878,200 ton. Sementara nilai ekspornya sebesar US$255,5 juta dengan volume 211.000 ton.
"Kalau horti memang untuk beberapa komoditas jelas karena kita tidak memproduksi," ujar Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementan Yusni Emilia Harahap seperti dikutip Bisnis, (14/10/2014).
Emilia menyebutkan beberapa komoditas buah lainnya pun masih perlu dipacu produktivitasnya. Hal ini tentunya membutuhkan dukungan infrastruktur yang baik. Pasalnya, buah dan sayuran segar memiliki sifat yang rentan rusak jika tidak ditangani dengan tepat.
Menanggapi hal tersebut, Direktur Jenderal Hortikultura Kementan Hasanuddin Ibrahim mengatakan angka impor dan ekspor biasanya diterbitkan setelah dua tahun kemudian. Dengan begitu, data ekspor dan impor tahun ini merupakan angka yang sifatnya sementara.
Impornya didominasi jeruk, apel, anggur dan pear. Umumnya subtropis. Padahal Indonesia memproduksi Lebih dari 20 jenis buah yang tersedia terus di pasar seperti pisang, pepaya, salak, semangka, melon, alpukat, nanas, belimbing, jambu, sirsak, nangka, serta tanaman musiman mangga, duku, manggis, rambutan, durian, ujarnya.
Namun, dia menekankan jangan hanya melihat ekspor-impor yang terjadi pada sektor ini. Tetapi juga perlu melihat produksi hortikultura dalam negeri yang besar.
Berdasarkan catatan Kementan, produksi buah pada 2013 sebesar 18,3 juta ton, sayur 11,6 juta ton, tanaman obat 453.206 ton, dan tanaman hias sekitar 684,1 juta tangkai.
"Data semester I [2014] buah 311.162 ton, sayur 562.990 ton, tanaman obat 1.498 ton, hias 2.531 tangkai," katanya.
Hasanuddin menambahkan untuk menyeimbangkan neraca ekspor-impor juga perlu dilakukan dengan berkonsentrasi ke beberapa buah yang minim kendala. Misalnya, buah manggis dan salak yang tidak terkena isu lalat buah atau meningkatkan ekspor bunga potong yang pasarnya mencapai US$125 miliar.