Bisnis.com, JAKARTA -- Ekonomi kreatif yang berfungsi untuk meningkatkan nilai tambah terhadap produk kreatif terbukti dapat meningkatkan taraf hidup pengrajin karya kreatif dengan bertambahnya nilai jual barang yang diproduksi.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu menjelaskan pembuktian tersebut dapat dilihat dari kondisi pengrajin batik yang merupakan salah satu ekonomi kreatif berbasis budaya yang saat ini diklaim lebih sejahtera.
"Sekitar 10 tahun lalu peminat batik cenderung menurun dan jumlah pengrajin juga berkurang karena batik dinilai hanya untuk acara resmi dan bersifat jadul," paparnya, Jumat (3/10/2014).
Setelah adanya proses penggerakkan penggunaan batik, serta adanya proses kreatif oleh para desainer, akhirnya citra batik berhasil diubah menjadi sesuatu yang indah dan membanggakan, sehingga pengunaan batik semakin bertambah.
Sebagai contoh, Mari menyebutkan 169 pengrajin batik dari Klaten pada awalnya hanya mendapatkan upah sebesar Rp10.000 per potong untuk mengerjakan satu proses pembuatan batik bagi salah satu industri batik besar.
Kemudian dengan kreativitasnya, mereka membentuk kelompok sendiri dan dapat membuat karya mandiri dan berhasil meningkatkan penghasilan mencapai Rp3,5 juta per bulan dengan omzet dari kelompok itu menjadi Rp3,5 miliar per tahun.
"Sekarang hampir semua daerah di Indonesia kembali menghidupkan batik di daerahnya, serta semakin banyak aplikasi batik di dunia mode dan desain, juga aplikasi pola batik di interior, produk bahkan otomotif," katanya.