Bisnis.com, JAKARTA - PT Pertamina (Persero) menyatakan bakal mampu membangun 150 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) dalam waktu satu tahun dengan dana Rp1,5 triliun.
Sejumlah pihak meragukan keseriusan Pertamina, karena seringkali apa yang diucapkan tidak jadi kenyataan.
“Kalau dulu saja pernah dianggarkan tapi infrastruktur tidak dibuat, jelas harus diusut tuntas. Tidak bisa main-main lagi, bahkan kalau perlu diusut penegak hukum," tegas pengamat kebijakan migas Yusri Usman, saat dihubungi wartawan, Selasa (30/9/2014).
Dia menambahkan dari sisi kemauan Pertamina sering tidak sejalan dengan kenyataan terutama dalam membangun infrastrktur gas yang sangat lambat.
Yusri menambahkan lambatnya gerak Pertamina, misal di program RFID sejalan dengan yang pernah dikatakan Menko Perekonomian Hatta Rajasa sebelum lengser pernah menyebut Pertamina suka omong doang (omdo).
“Waktu Hatta mundur dan mau jadi cawapres, dia sampai menyentil Pertamina ini suka omong doang saja dan pernyataan itu dimuat banyak media, itu di kasus RFID. Bayangkan sekelas Menko ngomong seperti itu. Berarti jangan-jangan Pertamina sudah tidak bisa dikontrol,” ungkapnya.
Dia mengharapkan sebelum menjanjikan hal-hal besar, para pejabat Pertamina memperbaiki sejumlah masalah terlebih dahulu. Misal terkait pencurian minyak yang hingga kini tak kunjung tuntas. Juga jangan sampai ada pejabat yang justru melindungi para trader gas yang pada akhirnya merugikan konsumen.