Bisnis.com, PADANG -- Keselamatan pejalan kaki di Indonesia kian hari kian terancam oleh kondisi yang ada.
Direktur Keselamatan Transportasi Darat Kementerian Perhubungan RI, Gede Pasek Suardika mengatakan bahwa pengguna jalan lain saat ini banyak yang tidak lagi menghormati hak-hak pejalan kaki, dan trotoar telah berubah fungsi.
"Hak-hak para pejalan kaki tidak lagi dihargai. Trotoar sebagai sarana pejalan kaki diserobot untuk berbagai kepentingan," katanya pada acara dialog interaktif bersama Kepolisian, Jasa Raharja, Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan dan Organda di Padang Beach, Senin (15/9/2014).
Ia menyebutkan 40 persen masyarakat Indonesia, khususnya di Sumatera Barat (Sumbar), beraktivitas sehari-hari dengan jalan kaki. Namun sangat disayangkan karena sarana bagi pejalan kaki di kota-kota besar sangat minim.
"Meskipun sudah disediakan fasilitasnya oleh pemerintah, namun kondisinya jelek atau bahkan tidak layak disebut trotoar. Sehingga para pejalan kaki tidak bisa mengunakannya, yang memungkinkan terjadinya kecelakaan, akibat trotoar tidak bisa difungsikan," katanya.
Selain itu, tambahnya, banyak pengendara sepeda motor yang menggunakan trotoar sebagai jalan pintas mereka ketika terjebak kemacetan.
Hal tersebut telah melanggar peraturan pemerintah tentang fungsi dari properti jalan untuk publik.
"Demi alasan lebih lancar, sepeda motor pun merebut trotoar dari pejalan kaki," sebutnya.
Mengenai program safety walk yang akan diluncurkan oleh Kementerian Perhubungan RI pada saat hari jadinya nanti, ia mengatakan bahwa hal tersebut merupakan wujud dari kepedulian Kementerian Perhubungan akan hak dari pejalan kaki.
Kementerian Perhubungan sengaja mengusung tema tersebut dengan tujuan untuk menyadarkan kembali para pengguna jalan akan hak masing-masing.
"Ya, kami akan mengembalikan lagi fungsi trotoar. Dengan begitu kami berharap dapat menekan angka kecelakaan yang dialami oleh pejalan kaki," jelasnya.
Data dari Direktorat Lalu Lintas (Ditlantas) Polda Sumbar menyebutkan jumlah korban meninggal kecelakaan lalu lintas di provinsi itu pada tahun 2014 per Agustus mencapai 1.588 orang, di mana 24 persen merupakan pejalan kaki.