Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pelabuhan Cilamaya: SKK Migas dan Pertamina Sarankan Lokasi Pembangunan Dipindah

Pembangunan pelabuhan Cilamaya di Kabupaten Karawang idealnya dipindahkan ke lokasi lain karena akan mengganggu kegiatan eksplorasi dan produksi sumur migas milik PT Pertamina Hulu Energi (PHE) ONWJ.
Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA—Pembangunan pelabuhan Cilamaya di Kabupaten Karawang idealnya dipindahkan ke lokasi lain karena akan mengganggu kegiatan eksplorasi dan produksi sumur migas milik PT Pertamina Hulu Energi (PHE) ONWJ.

Sekretaris SKK Migas Gde Pradnyana mengatakan pembangunan Pelabuhan Cilamaya yang berada di lokasi produksi migas PHE ONWJ akan mengganggu satu sama lain. Kegiatan produksi migas akan terganggu karena berada di kolam tempat manuvering kapal.

Sebaliknya, manuver kapal juga tidak bisa leluasa karena beberapa platform masih berproduksi dan tidak mungkin ditutup.

“Kalau mencari kondisi ideal, tentu Cilamaya jangan di situ, digeser,” katanya seperti dikutip Bisnis, Kamis (21/8/2014).

Apabila lokasi tersebut tetap dipilih, jelasnya, kedua kegiatan harus berjalan secara paralel.

Dia mengusulkan penetapan pembatasan-pembatasan tertentu karena masih ada beberapa anjungan yang masih berproduksi.

Pembatasan-pembatasan tersebut antara lain pengaturan kecepatan, manuver, sistem navigasi yang lebih banyak, dan patroli.

Dari sisi PHE ONWJ, jelasnya, kapal patroli anak perusahaan PT Pertamina (Persero) tersebut harus aktif memberitahu jika ada kapal yang mendekat.

“Sistem navigasinya bisa ada early warning kalau ada kapal mendekat sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,” ujarnya.

Pradnyana menekankan keberadaan Pelabuhan Cilamaya jangan sampai mengurangi produksi minyak dan gas.

 

Pertamina Menolak

Jika sebelumnya Pertamina malu-malu menolak proyek pembangunan Cilamaya, kini BUMN Migas tersebut dengan lantang menyuarakan penolakan.

Direktur Hulu PT Pertamina (Persero) Muhamad Husen mengungkapkan penolakan dilatarbelakangi risiko kerusakan jaringan pipa bawah laut dan anjungan akibat aktivitas kapal keluar dan masuk kolam pelabuhan.

“Karenanya, kami dari dulu menolak [Pelabuhan Cilamaya], sampai sekarang juga menolak,” jelasnya.

Dia mengusulkan opsi pemindahan lokasi pelabuhan agar tidak mengganggu aktivitas anjungan lepas pantai.

Menurutnya, pemindahan pelabuhan masih memungkinkan dilakukan sedangkan pemindahan sumur migas tidak bisa dipindahkan.

Selain itu, produksi minyak PHE ONWJ terus meningkat dengan rata-rata produksi harian sebesar 40.300 barel minyak per hari sepanjang semester 1/2014.

Angka tersebut melebihi target produksi 2014 yang ditetapkan SKK Migas sebesar 39.400 barep per hari.

Di luar itu, pasokan listrik wilayah DKI Jakarta bergantung pada pasokan gas dari PHE ONWJ.

Jika terdapat gangguan pada produksi, Jakarta terpapar risiko pemadaman listrik.

Saat ini, tulang punggung pasokan listrik wilayah DKI Jakarta berasal dari PLTGU Muara Tawar dan Tanjung Priok.

Pembangkit tersebut menggunakan gas yang dipasok melalui FSRU Jawa Barat dan PHE ONWJ.

Kedua pembangkit membutuhkan 420 juta kaki kubik per hari (Million Standard Cubic Feet per Day/MMSCFD), yang berasal dari FSRU mencapai 300 MMSCFD, sementara pasokan dari PHE ONWJ mencapai 120 MMSCFD.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Fauzul Muna
Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper