Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Petani Hortikultura Resah, Inilah Biang Pemicu

Kalangan pengusaha sepakat untuk meningkatkan daya saing produk hortikultura, baik di pasar dalam negeri maupun mancanegara.
Produk hortkultura Indonesia jelang hadapai Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015/JIBI
Produk hortkultura Indonesia jelang hadapai Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015/JIBI

Bisnis.com, BANDUNG — Para pengusaha hortikultura Indonesia resah menghadapi dimulai Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada 2015.  Apa yang menjadi penyebab keresahan?

Ternyata, kalangan pengusaha merasa belum baiknya daya saing, sehingga membuat mereka bersepakat untuk meningkatkan daya saing produk hortikultura, baik di pasar dalam negeri maupun mancanegara.

Misalnya seperti dikatakan oleh Ketua Asosiasi Perbenihan Hortikultura Indonesia (Hortindo) Afrizal Gindow. Kata dia, bila tidak ada perbaikan, saat Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 bergulir, Indonesia hanya akan jadi pangsa pasar negara lain. "Untuk dapat bersaing, produk hortikultura harus sesuai dengan kebutuhan pasar, karenanya dibutuhkan riset dan investasi di bidang perbenihan," kata Afrizal kepada Bisnis, Selasa (19/8/2014).

Saat ini, katanya,  mayoritas benih lokal masih kurang berkualitas, jumlah impor produk hortikultura seperti buah dan sayuran masih tinggi. Menurut Afrizal, nilai impor produk buah dan sayuran Indonesia mencapai Rp21 triliun/tahun.

Sementara nilai perdagangan benih hortikultura hibrida di domestik hanya sekitar Rp2 triliun/tahun. "Karenanya dibutuhkan teknologi, inovasi, dan kreativitas yang dilakukan dalam jangka panjang dengan dukungan sumber daya manusia (SDM) dan modal yang besar," ujar Afrizal.

Dia memaparkan Indonesia saat ini miskin akan plasma nutfah, khususnya produk sayuran sehingga harus didatangkan dari luar negeri. "Kita masih kalah jauh dibanding Thailand yang nilai industri sayurannya mencapai ratusan triliun, padahal kita punya potensi dari lahan dan iklim," kata Afrizal.

Secara terpisah, Himpunan Kerukunan Tani Indonesia Jawa Barat meminta pemerintah menggenjot sektor hortikultura guna memenuhi kebutuhan pasar domestik hingga 80%.

Ketua Harian HKTI Jabar Entang Sastraatmaja mengatakan jika tidak ada keseriusan dari pemerintah maka target menguasai pasar domestik tidak akan tercapai. "Pemerintah harus memperbesar anggaran untuk hortikultura, karena selama ini yang dibesarkan adalah untuk padi," katanya.

Dia menjelaskan sumber daya alam hortikultura di Jabar sangat melimpah, namun kurangnya sentuhan teknologi dan perhatian pemerintah membuat produksi kurang diserap pasar. Bahkan, lanjutnya, tak jarang petani merugi akibat gagal panen yang diterima mereka. "Begitu pula saat panen raya rata-rata harga produksi hortikultura menjadi anjlok, misalnya seperti bawang merah. Hal ini dikarenakan kurangnya perhatian dari pemerintah kepada petani," ujarnya.

Sementara itu, Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan (Diperta) Jawa Barat menggenjot komoditas unggulan hortikultura guna berdaya saing dengan produk impor.

Kepala Bidang Produksi Hortikultura Diperta Jabar Obas Firmansyah mengatakan selama ini komoditas hortikultura seperti buah-buahan dan sayuran di Jabar kontribusinya cukup signifikan bagi nasional. Komoditas buah-buahan yang menjadi unggulan antara lain mangga gedong gincu, manggis, dan jeruk. Sementara untuk sayuran antara lain bawang merah, kentang, dan paprika.

Dia menjelaskan komoditas tersebut selama ini memperoleh peringkat pertama di tingkat nasional. "Kami akan terus meningkatkan produksi komoditas hortikultura ini, agar pendapatan petani bisa terdongkrak," katanya. Obas mengatakan saat ini di Jabar telah memiliki beberapa klasterisasi untuk komoditas hortikultura seperti gedong gincu di Cirebon, Indramyu, dan Majalengka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper