Bisnis.com, JAKARTA- PT Pertamina Lubrcants menyatakan pabrik bahan baku pelumas dengan investasi Rp200 miliar di Gresik, Jawa Timur siap beroperasi tahun ini. Pembangunan pabrik ini bisa mengurangi impor bahan baku Pertamina hingga 20%.
Direktur Utama Pertamina Lubricants Supriyanto Dwi Hutomo menjelaskan bahan baku untuk membuat pelumas adalah zat aditif. Pada 2006-2007, perusahaan impor bahan baku 100%. Namun, sejak 2009 perusahaan mulai berekspansi membangun pabrik aditif di Tanjung Priok, Jakarta dengan kapasitas 400 ton per tahun. “Lebih murah karena dari base oil Pertamina di Cilacap dan Dumai,” kata Supriyanto di Jakarta, Selasa (15/7) malam.
Ke depan, untuk terus mengurangi impor, perusahaan kembali membangun satu kapasitas pabrik lagi. Diperkirakan, tahun ini akan rampung. Adapun lokasinya di Gresik, Jawa Timur. “Investasinya Rp200 miliar, kapasitasnya sama 400 ton per tahun.”
Dengan investasi tersebut, perusahaan bisa melakukan penghematan sekitar 30%. Selama ini, impor aditif bisa mencapai Rp1,7 triliun hingga Rp2 triliun per tahun. “Bisa 20% berkurang impornya,” tambah dia.
Menteri Perindustrian M.S. Hidayat tantangan industri pelumas saat ini ada pada bahan baku dan bahan aditif yang sebagian besar masih diimpor. Artinya, industri pelumas di Indonesia masih sebatas formulasi dan pencampuran. “Dengan kata lain belum terintegrasi antara industri hulu dan hilir,” katanya.
Oleh sebab itu, rantai pasok bahan bakar harus dijaga agar menghasilkan pelumas yang terintegrasi dengan minyak dan minyak dasar pelumas. Hidayat menegaskan, tantangan ini perlu dijawab oleh para investor dengan membuka atau ekspansi pabrik demi memenuhi kebutuhan dalam negeri dan ekspor.
Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, pada 2013 ada 200 produsen pelumas di Indonesia yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Adapun kapasitas terpasang mencapai 700.000 kiloliter per tahun dengan nilai omzet lebih dari Rp7 triliun.