Bisnis.com, JAKARTA—Ditjen Bea dan Cukai mengungkapkan realisasi penerimaan bea cukai sepanjang paruh pertama tahun ini mencapai Rp80,31 triliun, naik tipis 8,5% dari periode yang sama tahun lalu Rp74,01 triliun.
Direktur Penerimaan, Peraturan Kepabeanan dan Cukai Susiwijono Moegiarso mengaku realisasi penerimaan bea dan cukai tersebut meleset atau hanya 92,46% dari target proporsional semester I/2014 sebesar Rp86,86 triliun.
“Hal ini dikarenakan realisasi penerimaan bea masuk dan bea keluar cukup jauh dibawah target. Bea masuk misalnya, hanya Rp15,83 triliun atau 88,73% dari target semester pertama. Sementara bea keluar hanya Rp6,87 triliun atau 66,65%,” ujarnya, Minggu (13/7/2014).
Susiwijono menjelaskan penerimaan bea masuk dipengaruhi antara lain, pertumbuhan ekonomi dunia, fasilitas Free Trade Agreement (FTA), hingga nilai tukar rupiah. Secara total, realisasi bea masuk hanya 44,36%, dari target APBN-Perubahan 2014 sebesar Rp36,57 triliun.
Dengan kondisi tersebut, dia menilai perlu extra efforts guna mengejar target bea masuk dalam 6 bulan tersisa ini. Upaya ekstra effort itu antara lain, seperti peningkatan akurasi nilai pabean dan klasifikasi barang, hingga joint audit dengan Ditjen Pajak.
Dari bea keluar, realisasi penerimaan hanya 33,32% dari target APBNP 2014 sebesar Rp20,6 triliun. Susiwijono mengaku realisasi bea keluar tidak mencatatkan pertumbuhan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
“Dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu, memang tidak terjadi pertumbuhan. Hal itu juga dikarenakan bea keluar dari mineral hanya sebesar Rp350 miliar dalam 6 bulan pertama ini,” tuturnya.
Berdasarkan data Ditjen Bea dan Cukai, sebanyak 94,07% dari total penerimaan BK pada paruh pertama tahun ini disumbang bea keluar CPO dan Turunan CPO. Sementara 5,09% disumbang ekspor mineral, dan sisanya 0,84% berasal dari kulit, kayu, dan biji kakao.
Berbeda dengan periode yang sama tahun sebelumnya, ekspor mineral justru menyumbang penerimaan bea keluar hingga 35%. Sementara ekspor CPO menyumbang 63,4% dan sisanya disumbang ekspor kulit, kayu dan biji kakao.
Meski realisasi penerimaan bea masuk dan bea keluar mengecewakan, Ditjen Bea dan Cukai terbantu dari penerimaan cukai. Sepanjang paruh pertama 2014, realisasi penerimaan cukai tercatat Rp57,62 triliun, atau 49,06% dari target APBNP 2014 sebesar Rp117,45 triliun.
Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, realisasi penerimaan cukai tersebut tumbuh 9,5%. Susiwijono menilai catatan positif tersebut didorong volume produksi hasil tembakau yang diperkirakan tumbuh 4,1% menjadi 356,05 miliar batang.
“Jika melihat kondisi ini, best scenario penerimaan cukai bisa sampai Rp119,07 triliun, atau 101,38% dari target APBNP 2014. Tetapi, butuh extra effort terutama dari operasi pengawasan agar target itu bisa tercapai,” jelasnya.