Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KEANGGOTAAN ITRC: Gapki Desak Pemerintah Gaet Negara Tetangga

Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapki) mendesak pemerintah gencar menggaet negara tetangga agar keanggotaan dan fungsi International Tripartite Rubber Council (ITRC) bisa diperluas.
ITRC merupakan kelompok kerja swasta  publik dan untuk mengurangi hambatan pemanfaatan teknologi lingkungan yang inovatif yang mengurangi biaya dan memaksimalkan efektivitas pembersihan. /ITRC
ITRC merupakan kelompok kerja swasta publik dan untuk mengurangi hambatan pemanfaatan teknologi lingkungan yang inovatif yang mengurangi biaya dan memaksimalkan efektivitas pembersihan. /ITRC

 

Bisnis.com, JAKARTA - Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapki) mendesak pemerintah gencar menggaet negara tetangga agar keanggotaan dan fungsi International Tripartite Rubber Council (ITRC) bisa diperluas.

 

Daud Hapsari, Ketua Umum Gapkindo mengatakan, saat ini ITRC yang beranggotakan Indonesia, Thailand dan Malaysia hanya berfungsi sebagai penghimpun data dan kehilangan komitmen sebagai penjaga harga.

 

"Lebih dari 90% produksi karet alam dunia itu di Asean, dan mayoritas dikelola oleh petani rakyat. Kalau ada Komite Asean, sangat bagus," ungkapnya kepada Bisnis.com (7/7/2014).

 

International Rubber Study Group (IRSG) mencatat, pada tahun lalu konfigurasi 3 besar produsen karet alam memang telah berubah dibandingkan ketika ITRC dibentuk pada 2012 ketika Indonesia, Thailand dan Malaysia masih menduduki posisi tersebut.

 

Pada 2013, Thailand mencetak produksi hingga 4,14 juta ton, disusul Indonesai dengan 3,08 juta ton sementara Vietnam dengan produksi 946.600 ton menggeser Malaysia dari posisi ketiga karena hanya sanggup memproduksi 820.000 ton.

 

Daud menjabarkan sampai akhir semester I tahun ini produksi karet Indonesia naik 3%, setara sekitar 92.400 ton, dibandingkan tahun lalu. Dia mengatakan pihaknya optimis tren peningkatan itu akan bertahan sampai akhir 2014 meskipun didera banyak masalah.

 

Namun, kata Daud, sekali lagi pemerintah harus tetap cermat memantau pergerakan pasar internasional, utamanya Malaysia.

 

"Di Malaysia, sekarang petaninya bisnis hilir. Mereka impor bahan baku dari Vietnam, Laos, Kamboja. Itulah kenapa produksi mereka turun tapi ekspor produk turunan karetnya naik terus," jelasnya.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Arys Aditya
Editor : Fatkhul Maskur

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper