Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BENIH SAWIT: Pemerintah Harus Pastikan Regulasi Moratorium

Pelaku usaha benih kelapa sawit memperkirakan bisnis ini masih menghadapi masa suram akibat ketidakjelasan penerapan moratorium perkebunan kelapa sawit yang menyebabkan penjualan industri ini anjlok hingga lebih dari 15% pada 2014 dibandingkan pada tahun lalu.

Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku usaha benih kelapa sawit memperkirakan bisnis ini masih menghadapi masa suram akibat ketidakjelasan penerapan moratorium perkebunan kelapa sawit yang menyebabkan penjualan industri ini anjlok hingga lebih dari 15% pada 2014 dibandingkan pada tahun lalu.

Forum Komunikasi Sumber Benih Kelapa Sawit (FKSBKS) mencatat, pada tahun lalu produksi industri ini mencapai 120 juta kecambah. Di sisi lain, kapasitas terpasang pabrikan nasional mencapai 180 juta kecambah per tahun.

"Tahun ini mungkin cuma sampai 100 juta saja," ujar Sekretaris FKSBKS dan Direktur PT Sinar Mas Agro Resources and Technology (SMART) Tbk. Tony Liwang kepada Bisnis, Kamis (3/7/2014).

Dia mengungkapkan, penurunan produksi benih kelapa sawit sendiri sudah terjadi sejak beberapa tahun belakangan. Hal ini, paparnya, dapat terlihat dari tren produksi yang menurun dari tahun 2012-2014.

Tony menjabarkan, sedikitnya ada 2 faktor yang menyebabkan industri ini gagal bersinar pada tahun ini, yaitu kebakaran lahan dan kekeringan yang menimpa daerah sentra produksi seperti Riau, harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) yang masih rendah dan ketidakjelasan iklim bisnis.

Pengusaha perkebunan, ujarnya, cenderung menahan investasi bisnis pada tahun ini utamanya karena belum ada kepastian mengenai kapan moratorium ekspansi lahan perkebunan akan dievaluasi.

Sebab, papar Tony, ada kemungkinan kalau moratorium lahan tersebut justru merugikannegara dan masyarakat setempat karena kehilangan peluang pemasukan.

Dia menjelaskan, lazimnya peremajaan perkebunan sawit sekitar 5%-10% dari total areal yang seluas 10 juta ha, atau sekitar 500.000 ha-1 juta ha, setiap tahunnya. Namun, katanya, hal itu tidak terjadi pada tahun ini karena pengusaha belum mendapat kejelasan apakah pemerintah baru akan berkomitmen mencabut moratorium perkebunan sawit.

Selain itu, Tony mengemukakan harga CPO yang masih stabil di kisaran US$850/ton tidak memikat bagi investasi baru. Ada korelasi kuat antara penurunan harga CPO dengan minimnya penjualan benih. Padahal banyak tanaman yang sudah tua, jelasnya.

Untuk itu, dia mendesak pemerintah yang baru agar lebih berpihak kepada industri ini. Pasalnya, peremajaan pohon kelapa sawit harus dilakukan untuk mendongkrak produksi dan produktivitas CPO nasional.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Arys Aditya
Editor :

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper