Bisnis.com, JAKARTA—Para pengusaha ritel besar menargetkan pertumbuhan penjualan parsel pada momentum Ramadan dan Idulfitri tahun ini sebesar 10%, cukup moderat jika dibandingkan dengan capaian pertumbuhan tahun lalu pada level 8%.
Target yang konservatif tersebut disinyalir sebagai dampak dari turunnya daya beli konsumen di tengah tekanan depresiasi nilai tukar yang berujung pada inflasi harga berbagai barang konsumsi, khususnya makanan dan minuman (mamin) olahan.
Sekjen Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Satria Hamid menjelaskan para pengusaha optimistis Lebaran tahun ini tetap akan menjadi musim panen raya bagi ritel besar. Mereka juga masih berharap banyak pada bisnis parsel untuk mengerek total nilai dan volume penjualan ritel.
“Secara apple-to-apple dibandingkan dengan musim Ramadan tahun lalu, penjualan parsel di ritel modern tahun ini diharapkan bisa menyumbang terhadap penambahan sales sejumlah 10%, naik dari sekitar 8% yang dicapai tahun lalu,” ungkapnya kepada Bisnis, Rabu (2/7/2014).
Terkait kondisi ekonomi dan pergerakan harga yang kurang akomodatif tahun ini, para peritel mengaku telah menyiapkan berbagai strategi, seperti diversifikasi produk yang dijual dalam kemasan parsel maupun persaingan harga melalui berbagai penawaran paket ekonomis.
Penjualan parsel selain produk mamin olahan untuk tahun ini dinilai lebih prospektif dan memikat minat beli konsumen. “Dari sisi item produk yang ditawarkan lebih bervariasi, sudah bergeser ke arah peralatan rumah tangga atau alat-alat bangunan,” jelas Satria.
Untuk merangsang minat beli konsumen di tengah tekanan pelemahan kurs dan inflasi yang tinggi, lanjutnya, peritel juga berlomba-lomba menggenjot promosi melalui katalog dan menawarkan parsel ekonomis yang secara nilai lebih hemat ketimbang pembelian eceran.
“Selain itu, biasanya peritel sudah punya loyal customer [pelanggan tetap] dari instansi, perusahaan, atau organisasi tertentu, yang pasti membeli setiap tahunnya. Konsumen ini jumlahnya lebih besar ketimbang konsumen orang per orangan,” kata Satria.
Secara umum, pengusaha ritel hanya menargetkan pertumbuhan antara 10%-12% tahun ini, setelah meraup total penjualan senilai Rp150 triliun tahun lalu. Target yang konservatif itu, jelas Satria, dipicu oleh kondisi makro ekonomi yang kurang bergairah pada 2014.
Bersamaan dengan momentum Ramadan dan Idulfitri, pemerintah melalui Ditjen Standardisasi dan Perlindungan Konsumen (SPK) Kementerian Perdagangan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) turut memperketat pengawasan barang beredar, khususnya untuk produk mamin.