Bisnis.com, JAKARTA- Kalangan industri pakan ternak tetap yakin bahwa impor jagung menembus angka 3,9 juta ton atau mencetak rekor baru impor jagung republik ini, sekalipun BPS meramalkan produksi jagung mencapai 18,55 juta ton pada tahun ini atau naik tipis dibandingkan tahun lalu 18,51 juta ton.
Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) menyebutkan, industri pakan nasional selama ini hanya bisa mengakses maksimal 20%-22% dari berapapun angka yang dirilis oleh BPS setiap tahunnya.
"Bahkan, yang tersedia bisa hanya 18%. Jadi yang bisa diserap dari dalam negeri hanya 3,6 juta ton, kebutuhan kami 7,5 juta ton, sisanya impor," ujar Sekjen GPMT Desianto Budi Utomo kepada Bisnis.com, Selasa (1/7/2014).
Desianto mengungkapkan pihaknya tidak pernah mempertanyakan akurasi atau benar tidaknya angka yang dirilis oleh BPS. Oleh karena itu, dia mengatakan pada awal tahun ini GPMT telah melaporkan kepada Kementerian Pertanian akan melakukan impor sebanyak 3,5 juta ton, yang kemungkinan besar akan membengkak.
Sampai Mei 2014, industri pakan merealisasikan impor 1,2 juta ton atau 34,28% dari perkiraan awal tahun tersebut. “Angka itu tidak perlu diperdebatkan, yang jelas kenyataannya industri cuma dapat segitu. Harganya juga relatif sama [dalam negeri dan impor] sekitar Rp3.500-Rp3.700/kg,” katanya.