Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pelonggaran Bea Keluar Mineral Masih Tunggu Restu Presiden

Rencana pelonggaran bea keluar mineral final dibahas di tingkat menteri, tetapi masih menanti restu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
 Ilustrasi aktivitas pertambangan.  Rencana pelonggaran bea keluar mineral final dibahas di tingkat menteri. /
Ilustrasi aktivitas pertambangan. Rencana pelonggaran bea keluar mineral final dibahas di tingkat menteri. /

Bisnis.com, JAKARTA – Rencana pelonggaran bea keluar mineral final dibahas di tingkat menteri, tetapi masih menanti restu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Pelaksana Tugas Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Andin Hadiyanto mengatakan kebijakan bea keluar memang diatur dalam peraturan menteri keuangan. Namun, karena persoalan ekspor mineral bersifat sensitif, maka draf beleid perlu dibawa ke Presiden.

“Sudah selesai, tinggal ditandatangani. Tapi, Pak Chatib (Menteri Keuangan M. Chatib Basri) sedang di luar negeri, jadi kami menunggunya pulang, baru dibawa ke Presiden,” jelasnya, Senin (30/6/2014).

Meskipun demikian, Andin enggan menyebut besaran bea keluar yang dapat diberikan kepada perusahaan tambang yang menunjukkan keseriusan membangun fasilitas pengolahan/pemurnian (smelter).

Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menyebut bea keluar konsentrat mineral dapat diturunkan ke level 10% dari 20%-25% yang berlaku saat ini. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Sri Mas Sari
Editor : Setyardi Widodo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper