Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jaringan Pipa Gas Untuk Pembangkit Listrik Perlu Digenjot

Pemerintah diminta menggenjot pembangunan infrastruktur gas ke area pembangkit tenaga listrik bila ingin menggunakan bahan bakar gas bagi pembangkit.
Jaringan Pipa Gas/JIBI
Jaringan Pipa Gas/JIBI

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah diminta menggenjot pembangunan infrastruktur gas ke area pembangkit tenaga listrik bila ingin menggunakan bahan bakar gas bagi pembangkit.

Pasalnya, selain soal kepastian alokasi gas, alasan lain yang membuat perpindahan dari bahan bakar minyak ke bahan bakar gas untuk pembangkit salah satunya diakibatkan oleh minimnya infrastruktur gas.

Wakil Ketua Indonesia Electric Power Society Ulysses R. Simandjuntak mengungkapkan bila Indonesia perlu memiliki jaringan pipa gas di Jawa dan Sumatera.

"Tujuannya agar pembangkit bisa dibangun di daerah ini sehingga harga gas pipanya bisa jadi lebih murah," ujarnya dalam Indonesian Gas Society di Jakarta, Rabu (25/6/2014).

Menurutnya, banyak sekali masalah kekurangan pasokan listrik di Indonesia, khususnya di Sumatra Utara, Lampung dan Kalimantan Timur. Dia memprediksi setidaknya antara 3-5 tahun lagi akan terjadi krisis listrik.

Salah satu alasannya adalah molornya sejumlah proyek-proyek pembangkit. Ulysses mencontohkan pada kasus pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Batang yang masih terkendala lahan,

Akibatnya, diprediksi tidak bisa beroperasi sesuai jadwal. Itupun belum diakibatkan minimnya pasokan bahan bakar tetapi juga masalah  transmisi listrik yang berakibat adanya delay suplai pasokan listrik pada 3-5 tahun ke depan.

Dia menilai sebenarnya PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebenarnya mampu untuk membangun pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) tetapi masalah utamanya adalah ketersediaan pasokan gas untuk pembangkit.

Menurutnya, pemerintah perlu memiliki energi mix khusus listrik berdasarkan provinsi dan berdasarkan jenis pembangkit sehingga untuk big sistem seperti Jawa-Bali, Sumatra dan Sulawesi Selatan perlu ada pasokan bahan bakar seperti batubara, gas atau air untuk menyediakan listrik secara terus menerus.

"Ketiga pasokan harus dipertahankan untuk listrik primer ini dalam jangka pendek. Namun, pemerintah harus fokus untuk mengembangkan pembangkit yang lebih bersih," ujarnya.

Pasalnya, dalam 10 tahun ke depan, pembangkit listrik di Indonesia akan bertumpu pada batubara sehingga dia mengkhawatirkan soal kualitas udara Indonesia juga tekanan global soal emisi karbon.

Dia mengungkapkan bila Indonesia perlu memperbanyak pasokan untuk energi baik jangka pendek, sedang maupun jangka panjang. Namun, dia meminta agar ada kejelasan soal pasokan listrik. "Atau kalau tidak krisis listrik terancam."

Bahkan, jelasnya, dia berharap agar dari sekarang alternatif untuk perencanaan pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) juga harus dilakukan.

Pasalnya, teknologi PLTN dimasa depan akan murah dibandingkan pembangkit depan maupun batubara. Meskipun memang tidak akan terjadi dalam 10 tahun ke depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Lukas Hendra TM
Editor :

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper