Bisnis.com, JAKARTA--Pemerintah mengklaim program pasar lelang mampu mempersingkat mata rantai perdagangan, sehingga penentuan harga secara transparan dapat tercapai dan lebih menguntungkan petani dan konsumen.
”Dengan bertemu secara langsung berarti transparan, adil, dan wajar. Diharapkan akan terbentuk harga komoditas yang dijadikan sebagai harga acuan dalam perdagangan," jelas Mendag Muhammad Lutfi, Senin (16/6/2014).
Berdirinya pasar lelang bertujuan untuk memperpendek mata rantai perdagangan, memberikan kepastian harga, membangun dan memperluas jaringan usaha, serta menjamin penyerahan komoditas sesuai kebutuhan dimana pelaku usaha atau penjual dan pembeli langsung bertemu.
Lebih lanjut, Lutfi mengatakan pemerintah berupaya menjaga stabilitas harga barang kebutuhan pangan, seperti bawang. Semua itu dimaksudkan agar konsumen dan petani dapat menikmati harga yang wajar serta tidak dirugikan dengan terjadinya fluktuasi harga di pasar.
"Bawang adalah salah satu komoditas utama yang memiliki nilai ekonomi tinggi, ditinjau dari sisi pemenuhan konsumsi nasional, sumber penghasilan petani, maupun potensinya sebagai penghasil devisa negara,” ungkapnya.
Penyelenggaraan pasar lelang yang dibina dan diawasi oleh Kemendag berjumlah di 13 daerah provinsi penyelenggara yaitu Sumatera Barat, Jambi, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Nusa Tenggara Barat.
Secara kumulatif, transaksi yang berhasil dibukukan dari penyelenggaraan pasar lelang sejak 2003 sampai 2006 cenderung meningkat. Pada 2013 tercatat nilai transaksi sebesar Rp1 triliun atau naik 2,8% dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar Rp825,23 miliar.
Sementara itu, Januari-April 2014 tercatat nilai transaksi sebesar Rp 258 miliar. Adapun, bawang telah ditransaksikan pada 2014 (Januari-Mei) melalui pasar lelang dan berhasil dicatatkan dengan nilai sebesar Rp 2,785 miliar dengan volume 188 ton.
Pada 2013, tercatat lima jenis komoditas dengan nilai transaksi terbesar nasional yaitu beras (Rp 296,2 miliar, total volume 39.422 ton); jagung (Rp 146,2 miliar, total volume 49.931 ton); sapi (Rp 87,2 miliar, total volume 2.763 ton); kentang (Rp 45,0 miliar, total volume 7.376 ton); dan cengkeh (Rp 26,9 miliar, total volume 683 ton). Sedangkan bawang mencapai nilai transaksi sebesar Rp 6,1 miliar dengan total volume 357 ton.