Bisnis.com, JAKARTA—Pemerintah memproyeksikan subsidi listrik tahun ini melonjak dari pagu Rp71,4 triliun yang tercantum dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2014 menjadi Rp107,1 triliun.
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jarman mengatakan subsidi membengkak hingga Rp35,7 triliun bukan karena kenaikan penggunaan listrik. “Kenaikan subsidi ini murni karena kenaikan kurs,” katanya, Rabu (28/5/2014).
Dia menjelaskan asumsi kurs sebagai patokan penghitungan subsidi listrik pada APBN 2014 ditetapkan sebesar Rp10.500 per dolar AS. Namun, tambahnya, saat ini kurs rupiah terhadap mata uang Negara Amerika itu mencapai Rp11.600.
Menurut Jarman, setiap kenaikan kurs Rp100 harus ada penambahan subsidi Rp1 triliun. “Saat ini kenaikan kurs mencapai Rp1.200, artinya, harus ada penambahan Rp12 triliun,” katanya.
Selain itu, kenaikan subsidi listrik juga terkait dengan carry over atau kekurangan pembayaran subsidi listrik pada 2013.