Bisnis.com, JAKARTA - Upaya pengendalian harga di Tanah Air masih dibayangi ego tiap daerah yang melarang komoditas pangan tertentu keluar dari wilayahnya dengan alasan mengamankan stok.
Menteri Perdagangan M. Lutfi mengungkapkan kondisi itu terjadi di salah satu provinsi di Jawa yang menahan gula kristal putih agar tak keluar dari wilayah bersangkutan.
Akibatnya, provinsi lain kekurangan pasokan hingga menyebabkan harga gula melejit dan terpaksa mencari solusi jangka pendek dengan mengimpor.
"Kalau diserap provinsi itu tidak apa-apa. Ini ditimbun lama sampai 600.000 ton, sampai gulanya tidak bisa lagi dijual karena sudah jelek, sudah berair. Pada saat yang sama, gula di Kalbar kurang, harga mahal," ungkap Lutfi tanpa mau menyebut provinsi bersangkutan di sela Rakornas Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID), Rabu (21/5/2014).
Berkaca dari kasus gula, Lutfi meminta agar setiap pemprov memperlancar suplai bahan pangan antarprovinsi sehingga inflasi nasional terkendali.
Dalam kesempatan yang sama, Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo mengemukakan masalah kerja sama antardaerah yang belum optimal masih menjadi ganjalan stabilisasi harga di Tanah Air.
Masalah lainnya, struktur pembentukan harga yang tidak efisien dan transparansi harga.
Selain itu, penggunaan asumsi makro dalam penyusunan rencana pembangunan dan APBD belum selaras. "Padahal, 80% inflasi dibentuk di daerah," ujarnya.