Bisnis.com, JAKARTA—PT Bank Mandiri Tbk meresmikan lembaga riset independen Mandiri Institute untuk menghasilkan rekomendasi kebijakan publik.
Chairman board of advisory Mandiri Institute Darmin Nasution menyampaikan lembaga itu didedikasikan untuk menghasilkan rekomendasi kebijakan melalui interaksi antar pemangku kepentingan.
Pada tahun pertama, Mandiri Institute akan memfokuskan kajian dalam tiga tema utama, yakni keuangan inklusif, pendalaman sektor keuangan dan kewirausahaan.
“Hal itu sejalan dengan semangat pemerintah yang ingin meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan ekonomi nasional,” ujar Darmin dalam siaran pers, Senin (12/5/2014).
Secara umum, aktivitas Mandiri Institute meliputi diskusi ahli, konferensi kebijakan publik, program pengkajian, serta rapat dewan penasihat. Sementara itu, hasil kajiannya berupa laporan penelitian, indikator ekonomi dan keuangan, konferensi, seminar, dan penghargaan.
Mandiri Institute juga akan bermitra dalam kegiatan pengkajian, penyebaran hasil riset, program insternship, dan program fellowship dengan berbagai universitas, lembaga nirlaba, organisasi internasional dan tokoh bisnis.
Sejumlah lembaga di antaranya, Bank Dunia, IMF, IFC, Mckinsey, Oliver Wyman, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, dan Universitas Gadjah Mada.
“Kami percaya keterlibatan berbagai narasumber kompeten akan memberikan perspektif yang komprehensif sehingga Mandiri Institute dapat menghasilkan output yang lebih baik,” ujar Direktur Utama Bank Mandiri Budi G. Sadikin.
Saat ini, Indonesia tercatat sebagai negara terbesar ke-16 di dunia dengan produk domestik bruto (PDB) sebesar Rp8.800 triliun atau US$842 miliar di mana pertumbuhan ekonomi rata-rata dalam 3 tahun terakhir tercatat 6,2% dan merupakan yang paling stabil di kawasan.
PDB per kapita telah mencapai US$3.563 pada 2013, meningkat hampir 5 kali lipat sejak krisis 1998. Dengan situasi ini, Indonesia berpotensi menjadi negara terbesar ke-7 di dunia pada 2030.
Hal ini juga ditopang oleh pertumbuhan kelas menengah Indonesia dan penduduk usia muda sehingga menjadi peluang pasar yang besar di jasa konsumen, pertanian, perikanan, sumber daya alam, dan pendidikan hingga mencapai US$1,8 triliun pada 2030, meningkat 3 kali lipat dibandingkan kondisi saat ini.