Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah masih optimistis ekspor perhiasan pada tahun ini bisa bertumbuh 3,5%-4% dari pencapaian tahun lalu sekitar US$2,7 miliar-US$2,8 miliar.
Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementerian Perdagangan Nus Nuzulia Ishak mengatakan kenaikan ekspor perhiasan tertinggi adalah ke Jepang, Hong Kong, Malaysia, dan Afrika Selatan, yang tercatat sebagai destinasi potensial baru bagi produk perhiasan nusantara.
Terkait dengan penurunan ekspor pada Maret, dia mengatakan hal itu tidak lebih dari tren fluktuasi. “Kita lihat April nanti ada kenaikan atau tidak. Namun, kami optimistis karena kami konsolidasi dengan asosiasi, dan mereka juga akan mendorong ekspor perhiasannya,” katanya, Kamis (8/5/2014).
Dirjen Industri Kecil Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian Euis Saidah juga optimistis dengan prospek ekspor perhiasan, mengingat pertumbuhan industri logam termasuk perhiasan emas mencapai 6,3% atau lebih tinggi dari pertumbuhan PDB.
“Hanya saja yang masih perlu diperbaiki adalah dari sisi standardisasi, hak kekayaan intelektual, dan teknologi. Namun, dengan pertumbuhan kelas menengah yang mencapai 7 juta jiwa per tahun, investasi industri perhiasan juga akan bertumbuh.”
Adapun, asosiasi perhiasan menargetkan ekspor antara 5%-10% tahun ini. Daya serap perhiasan emas di dalam negeri telah menembus 40 ton/tahun, sedangkan daya serap untuk ekspor sudah lebih dari 10 ton/tahun.
“Sebenarnya kita tidak bisa menarget ekspor langsung tumbuh dua kali lipat. Itu tidak mungkin, karena menyangkut produksi yang bukan hanya menyangkut bahan baku, tapi juga skill dan peralatan. Yang baik itu peningkatannya 5%-10% per tahun,” kata Sekjen Asosiasi Pengusaha Emas dan Permata Indonesia (Apepi) Iskandar Husin.