Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Surplus Produksi Lada, Konsumsi dan Ekspor Akan Digenjot

Indonesia bakal kian menggenjot ekspor dan konsumsi domestik untuk komoditas lada guna mengantisipasi potensi kelebihan surplus dalam beberapa tahun ke depan.
  Wapen Perdagangan Bayu Bayu Krisnamurthi. Menurut Bayu, surplus produksi lada secara berlebihan akan mengakibatkan penurunan harga komoditas tersebut. / Antara
Wapen Perdagangan Bayu Bayu Krisnamurthi. Menurut Bayu, surplus produksi lada secara berlebihan akan mengakibatkan penurunan harga komoditas tersebut. / Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia bakal kian menggenjot ekspor dan konsumsi domestik untuk komoditas lada guna mengantisipasi potensi kelebihan surplus dalam beberapa tahun ke depan.

International Pepper Community (IPC) memproyeksi Indonesia akan mengalami produksi lada secara berlebihan dalam beberapa tahun. Pada 2013 saja, produksi komoditas penghasil bubuk merica itu menembus 59.000 ton, dibandingkan dengan angka konsumsi domestik yang hanya mencapai 16.600 ton.

Dari angka produksi sebanyak itu, sekitar 80% atau 41.500 ton di antaranya dijual ke luar negeri dengan nilai US$354 juta. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor lada RI pada tahun lalu memberi andil 0,2% terhadap total ekspor Indonesia.

Menurut Wamen Perdagangan Bayu Krisnamurthi, surplus produksi lada secara berlebihan akan mengakibatkan penurunan harga komoditas tersebut. Apabila dibiarkan, hal tersebut dapat berujung pada penurunan pendapatan petani.

“Kasus serupa sudah pernah terjadi pada beberapa komoditas lain, seperti karet dan kopi. Oleh karena itu, mendorong ekspor dan konsumsi dalam negeri diharapkan dapat mengatasi surplus berlebihan tersebut, terutama dampaknya terhadap penurunan harga,” jelasnya.

Saat ini, harga lada putih di pasaran berkisar antara Rp125.000-Rp150.000 per kg. Harga tersebut dinilai relatif tinggi, tapi sangat berbanding terbalik dengan hasil yang diperoleh oleh petani lada yang hanya sekitar Rp25.000-Rp30.000 per kg

Diakui oleh Wamendag, pemerintah sedang memikirkan bagaimana caranya agar disparitas harga tersebut tidak terlalu lebar sehingga petani lada dapat menikmati hasil yang setimpal. Beberapa yang harus dibenahi, lanjutnya, adalah masalah logistik, penghiliran, dan positioning petani lada.

Pada saat bersamaan, dia menjelaskan lada merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia dengan nilai ekonomi yang istimewa, khususnya karena RI merupakan negara produsen lada terbesar kedua dunia setelah Vietnam.

“Indonesia punya lada yang khas seperti lada hitam Lampung dan lada putih Bangka. Keunikan lada dengan keunggulan geografis membuat lada kita banyak diminati di pasar internasional,” ujarnya.

Guna mendongkrak dominasi lada Indonesia di pasar global, Kemendag bekerja sama dengan IPC dan menghelat peringatan Hari Lada 2014 untuk pertama kalinya. India dan Vietnam telah terlebih dahulu menjalankan program promosi serupa tahun sebelumnya.

“Kegiatan Hari Lada ini dapat berperan dalam meningkatkan antusiasme pemangku kepentingan di sektor lada, khususnya petani dan pengusaha nasional, bagi pengembangan komoditas lada yang pada akhirnya dapat meningkatkan perdagangan dan konsumsi lada nasional,” kata Bayu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Setyardi Widodo

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper