Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Permintaan Semen Melambat, Ini Penyebabnya

Secara hitungan kasar, konsumsi semen nasional kuartal I/2014 sekitar 12-14 juta ton. Dari jumlah tersebut mayoritas terserap di sektor properti dan sepertiga di antaranya di sektor infrastruktur. Sedangkan pangsa pasar Semen Indonesia sekitar 43%.
Rangkaian pemilihan umum yang berlangsung hingga kuartal III tahun ini diprediksi akan berpengaruh siginifikan. /bisnis.com
Rangkaian pemilihan umum yang berlangsung hingga kuartal III tahun ini diprediksi akan berpengaruh siginifikan. /bisnis.com

Bisnis.com, SURABAYA - Penjualan semen pada kuartal I/2014 melambat dipengaruhi banjir dan gelombang tinggi yang mengganggu pengiriman serta ada momen pemilihan umum.

Direktur Utama PT Semen Indonesia Tbk Dwi Soetjipto menguraikan proyeksi pertumbuhan penjualan semen pada kuartal I 6% tapi hanya terealisasi 3,5%. 

Adapun periode sama tahun lalu, Bisnis.com mencatat penjualan emiten berkode SMGR tersebut mampu tumbuh 10%.

"Januari dan Februari ada pengaruh cuaca, banjir dan gelombang tinggi sehingga pengiriman terganggu. Tapi Maret sudah mulai membaik bisa tumbuh 8,5%," jelasnya di sela-sela peringatan Hari Kartini di Surabaya, Sabtu (26/4/2014) malam.

Secara hitungan kasar, konsumsi semen nasional kuartal I/2014 sekitar 12-14 juta ton. Dari jumlah tersebut mayoritas terserap di sektor properti dan sepertiga di antaranya di sektor infrastruktur. Sedangkan pangsa pasar Semen Indonesia sekitar 43%.

Adapun rangkaian pemilihan umum yang berlangsung hingga kuartal III tahun ini diprediksi akan berpengaruh siginifikan. Dampak langsung seperti libur pekerja bangunan memang tak terlalu besar, tapi konstelasi politik akan memengaruhi industri.

"Pendistribusian dana ke daerah bila Pemilu berjalan baik maka menjadi daya tarik tersendiri untuk peningkatan konsumsi," urainya.

Hanya saja kalau dari kacamata proyek pemerintah, momen pemilihan umum bisa mengacaukan konsentrasi aparatur negara. Pasalnya, meski porsi proyek pemerintah kecil tapi bisa mendorong pergerakan sektor swasta.

"Tapi yang kami takutkan adalah pemerintahan karena sibuk pemilihan hal itu tidak tertangani dengan baik. Itu kami takutkan. Akan tetapi mudah-mudahan properti dan infrastruktur swasta tetap mengambil peran," tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Miftahul Ulum
Editor : Fatkhul Maskur

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper