Bisnis.com, JAKARTA – Tingkat permintaan (net take up) atau penyerapan ruang perkantoran di area central business district (CBD) Jakarta pada kuartal I/2014 kembali mengalami penurunan.
Dibandingkan kuartal terakhir 2013 yang mencapai kisaran 24.000 m2i, penyerapan ruang kantor di triwulan pertama 2014 mengalami penurunan sebesar 32%.
“Di sektor perkantoran komersial, penyerapan ruang kantor di daerah CBD[pada kuartal I/2014] sekitar 16.000 m2,” kata Angela Wibawa, Head of Markets Jones Lang LaSalle, saat quarterly media briefing, Rabu (23/2014).
Walaupun menurun, dia menjelaskan tingkat hunian perkantoran di CBD meningkat tipis.
“Namun tetap di kisaran 94%,” paparnya.
Dalam kesempatan yang sama, Head of Research Jones Lang LaSalle Anton Sitorus mengatakan stabilnya tingkat hunian itu disebabkan tidak adanya pasokan baru pada kuartal tersebut.
Dengan masih tingginya okupansi, dia menilai pasar perkantoran di CBD Jakarta masih prospektif untuk pertumbuhan ke depan.
Pertumbuhan tingkat hunian paling tinggi, jelasnya, terjadi di perkantoran grade A premium, yakni 96%.
Menyusul gedung perkantoran grade A dan B sekitar 94%, serta grade C dengan tingkat hunian 87,6%.
“Itu masih terhitung tinggi, sebab secara historis baru 2 tahun lalu okupansi berada di atas 90%,” ungkapnya.
Anton menyebutkan dibandingkan dengan periode yang sama pada 2013, tingkat penyerapan ruang kantor di CBD menurun 13%.
“Permintaan sedikit sekali dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Permintaan di perkantoran grade B dan C tumbuh lebih tinggi karena keterbatasan pasokan,” tegasnya.