Bisnis.com, JAKARTA – Sampah yang biasanya banyak tergeletak sembarang di jalan-jalan ibukota ternyata bisa dibuat menjadi produk yang bernilai. Leginah, perempuan paruh baya dari RW 11, Rawa Buaya, Jakarta Barat bergelut di bank sampah dan menjadikan sampah menjadi punya nilai jual.
Aktivitas Leginah dalam mengolah sampah menjadi produk yang bernilai awalnya datang ketika tetangganya membawa oleh-oleh dari Bandung berupa ketrampilan mengolah sampah plastik menjadi tas. Kegiatan itu selaras dengan rencana kegiatan RW yang sedang fokus di bidang pengolahan sampah.
Kegiatan RW pada 2011 saat itu fokus pada pembuatan pupuk kompos di Rumah Kompos hasil kerja sama dengan Jepang dan PBNU. Sementara itu ibu PKK tingkat RW mulai fokus dalam pengolahan limbah plastik.
Namun, terhadap produk-produk ibu PKK RW 11, Rawa Buaya ini belum banyak yang berinisiatif untuk menjualnya ke pasaran. Menurut Yohana, Istri dari ketua RW 11 Rawa Buaya hanya beberapa yang aktif menjual produk hasil olahan limbah plastik, salah satunya Leginah.
“Ibu Gin [Panggilan akrab Leginah] itu aktif mempromosikan produknya ke ibu PKK tingkat lurah sampai kota madya, karyanya pun laku karena dia sangat aktif dan sudah tidak mengurus anak kecil jadi bisa fokus,” ujar Yohana sambil tersenyum.
Strategi promosi Leginah pun dengan cara menggunakan produknya ke setiap acara kumpul ibu PKK. Hasilnya, beberapa anggota ibu PKK tertarik dengan karyanya dan berminat membelinya. Harga setiap produk hasil olahan limbah plastik karya Leginah ini dibandrol sekitar Rp15.000 – Rp120.000 sesuai dengan produknya.
Namun, ketika ditanyakan mengenai omzet dari penjualan produknya, Leginah masih bingung menjawab. Karena, kegiatan jual beli produknya itu hanya sekedar meramaikan acara kumpul-kumpul ibu PKK. Tapi, aktivitasnya dalam mengolah sampah plastik itu bisa menambah pemasukan yang cukup signifikan serta bonusnya menjaga lingkungan sekitar dari tumpukan sampah plastik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel