Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Khawatir FCTC, Petani Tembakau Minta Ganti Komoditas Selingan

Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Jawa Barat meminta pemerintah memberi instruksi untuk menanam tanaman selingan sebagai pengganti komoditas tembakau, guna menghindari kerugian saat diteken ratifikasi FCTC.
Saat ini mayoritas petani masih memproduksi tembakau mole yang memiliki kadar nikotin yang cukup tinggi. /bisnis.com
Saat ini mayoritas petani masih memproduksi tembakau mole yang memiliki kadar nikotin yang cukup tinggi. /bisnis.com

Bisnis.com, BANDUNG - Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Jawa Barat meminta pemerintah memberi instruksi untuk menanam tanaman selingan  sebagai pengganti komoditas tembakau, guna menghindari kerugian saat diteken ratifikasi FCTC.

Sekretaris APTI Jabar Afandi Firman mengatakan selama ini pemerintah tidak memberikan perhatian khusus terhadap petani tembakau untuk mengalihkan tanaman ke komoditas lain.

“Selama ini pemerintah hanya meminta saja untuk petani mengganti tembakau dengan komoditas lain, tanpa turun langsung ke lapangan,” katanya kepada Bisnis.com, Jumat (11/4/2014).

Dia menjelaskan di Thailand, pemerintah setempat selalu menginstruksikan ke petani tembakau setiap dua tahun sekali untuk mengalihkan tanaman mereka selain tembakau.

Menurutnya, pengalihan tembakau itu dilakukan untuk mengurangi secara perlahan agar petani tidak terfokus pendapatannya pada tembakau.

Namun, baru sebagian kecil saja petani tembakau di daerah Jabar yang berminat untuk mengalihkan jenis tanaman yang ditanam karena tidak adanya instruksi dari pemerintah.

“Sebenarnya petani tembakau biasa disiasati agar pendapatan mereka ke yang lain, tapi kalau tidak ada yang melakukan instruksi secara serempak pasti susah.”

Dia menyebutkan saat ini kontribusi tembakau dari Jabar untuk nasional mencapai sekitar 10.000 ton per tahun yang mayoritas diserap industri rokok dalam negeri serta ekspor. Pada tahun ini pihaknya menargetkan produksi tembakau mencapai 17.000 ton.

Ketua Dewan Penasihat APTI Jabar Iyus Supriatna mengatakan  pengalihan komoditas tembakau harus dibuat secara diversifikasi, misalnya dengan menanam tanaman kedelai, jagung, dan kunyit.

Menurutnya, ketiga komoditas itu memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi serta mampu memutus mata rantai ketergantungan impor.

“Sekarang tinggal pemerintah menggulirkan program untuk mengganti komoditas tembakau dengan yang cocok, sambil melibatkan perguruan tinggi dan ahlinya,” jelasnya.

Untuk mempertahankan kepercayaan industri rokok terhadap Jabar sebagai salah satu produsen tembakau besar di Indonesia pihaknya juga menyarankan pemerintah memberikan benih tembakau jenis barley dan virginia terhadap petani.

Oleh karena saat ini mayoritas petani masih memproduksi tembakau mole yang memiliki kadar nikotin yang cukup tinggi.

Dia menjelaskan tembakau barley dan virginia memiliki kandungan nikotin yang sangat rendah dengan penyerapan pasar besar. “Saat ini pabrik rokok besar masih mengimpor tembakau itu, padahal pabriknya ada di Indonesia,” katanya.

Bahkan bila FCTC ditandatangani tembakau ini masih bisa diproduksi karena kadar nikotin yang sangat rendah. “Secara bersamaan melindungi keberlangsungan industri tembakau yang memberikan kontribusi signifikan bagi pendapatan negara,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper