Bisnis.com, JAKARTA– Deputi Menko bidang Industri dan Perdagangan Kemenko Perekonomian Edy Putra menilai produk furnitur dan makanan halal, serta fesyen muslim memiliki peluang besar untuk dikembangkan di kawasan industri Zona Bebas Jebel Ali (Jafza), Dubai, Uni Emirat Arab.
Jafza merupakan kawasan industri utama di Dubai dengan nilai perputaran uang sebesar US$90 miliar pada tahun lalu. Saat ini terdapat 1.600 perusahaan multinasional yang beroperasi di sana dari 125 negara.
Menurut Edy ketika sudah masuk ke kawasan tersebut, produk UKM akan memiliki market yang lebih besar untuk menembus pasar Timur Tengah dan Afrika melalui Dubai, mengingat kota tersebut merupakan hub yang menghubungkan perniagaan internasional.
“Untuk produk-produk consumer goods, baju, manufaktur, elektronik sudah ada di Jafza tetapi produk busana muslim masih belum besar padahal marketnya sangat besar, kita bisa ambil peluang ini apalagi Indonesia terkenal dengan fesyen muslimnya. Begitu pula dengan produk halalan toyiban untuk produk furnitur dan kuliner,” tuturnya, Selasa (8/4/2014).
Edy menuturkan produk furniture halal yang terbuat dari kayu anti illegal logging dan menggunakan cat yang halal saat ini sangat dibutuhkan di Dubai. Apalagi Indonesia memiliki berbagai kayu bagus dengan desain yang menawan sehingga akan sangat menarik dipasarkan di sana.
Dengan masuknya produk tersebut ke kawasan Jafza, UKM Indonesia akan memiliki peluang lebih untuk dikenal di dunia internasional.
“Apalagi ketika sudah diinkubasi untuk diajarkan cara pengolahan, pengemasan, serta packaging-nya akan lebih memudahkan masuk ke pasar dunia,” ujarnya.