Bisnis.com, JAKARTA --Banyaknya kampanye yang memberi kesan anti asing menjelang Pemilihan Umum tahun ini, membuat puluhan pewaralaba asing yang tengah membidik pasar Indonesia, menunggu hingga terpilihnya pemerintahan baru pada Oktober mendatang.
Ketua Dewan Pengarah Waralaba dan Lisensi Indonesia (Wali) Amir Karamoy mengatakan sebetulnya hampir setiap bulan konsultan dari pewaralaba asing menjajaki potensi pasar di Indonesia dan menyatakan ketertarikannya melakukan penetrasi di Tanah Air.
Hanya saja, banyaknya kampanye yang terkesan kontra terhadap pemodal asing serta isu-isu yang tidak disampaikan secara elegan untuk memproteksi pasar dalam negeri, membuat pewaralaba tersebut ragu untuk ekspansi pada masa-masa kampanye saat ini.
“Yang pasti mereka [pewaralaba asing yang diwakili konsultan] sudah melihat besarnya potensi pasar kita, tetapi masih menunggu sampai jelas siapa yang akan memerintah Indonesia, apakah pro pasar atau tidak sehingga akan lebih ada kepastian. Kemungkinan setelah Oktober, pewaralaba yang sudah ambil ancang-ancang akan segera masuk ke Indonesia,” ujarnya dihubungi Bisnis, Selasa (25/2/2014.
Namun, sejauh ini Amir terus mencoba meyakinkan para konsultan dan pewaralaba yang sedang mencari berbagai-informasi potensi pasar tersebut untuk tidak khawatir melakukan ekspansi mengingat Indonesia sudah sukses melaksanakan beberapa kali pemilu secara langsung.
“Tapi pasti mereka akan menanyakan apakah Indonesia anti asing, atau cukup bersahabat denagn asing? Sebab, selama Pemilu mereka sering mendengar isu-isu anti asing, itu yang membuat ragu. Tapi ada juga beberapa yang tidak mempermasalahkan,” ungkapnya.
Dia tidak bisa menyebutkan secara pasti jumlah pewaralaba yang akan masuk tersebut, tetapi rata-rata setiap tahun bisa mencapai 20 hingga 30 pewaralaba. Namun, sambungnya, angka ini akan meningkat seiring dengan masuknya era pasar bebas Asean pada 2015 mendatang.
“Setelah terpilihnya presiden baru, pemerintahan baru, dan masuknya pasar bebas 2015, akan terjadi ledakan masuknya pewaralaba asing. Tidak hanya dari negara Asean saja, tetapi juga China, Taiwan, India, Australia, dan Eropa. Ini momentum Indonesia akan menjadi negara besar,” tuturnya.
Namun, kondisi ini harus diimbangi juga dengan kepentingan nasional untuk tetap melindungi pewaralaba dalam negeri. Pihak asing pun harus taat terhadap berbagai aturan yang sudah dibuat oleh pemerintah terkait waralaba, seperti pembatasan 150 gerai ritel dan 250 gerai restoran.