Bisnis.com, JAKARTA - Sembilan hari sudah pesawat Boeing 777-200ER Malaysia Airlines (MH370) dinyatakan hilang dalam penerbangan rute Kuala Lumpur-Beijing pada Sabtu (8/3/2014). Spekulasi terbaru yang berkembang dan kini menjadi perhatian masyarakat dunia adalah pesawat itu telah dibajak.
Perdana Menteri Malaysia Najib Razak mengungkapkan sinyalemen tersebut. "Semua kemungkinan sedang kami investigasi, termasuk kemungkinan MH370 telah dibajak. Apalagi pesawat menyimpang dari jalur yang sebenarnya," katanya Sabtu (15/3/2014).
Sebanyak 227 penumpang dari 14 negara - 6 diantaranya warga negara Indonesia - termasuk 154 orang China dan 12 anggota awak yang berkebangsaan Malaysia berada di pesawat itu. Pesawat Boeing 777-200ER itu meninggalkan Kuala Lumpur, pada pukul 00.41 waktu Beijing, Sabtu, dan dijadwalkan mendarat di Beijing pada pukul 06.30 pada hari yang sama.
Seberapa akurat asumsi pesawat itu telah dibajak? Para pakar keamanan penerbangan menganalisis ada tiga bukti yang menegaskan MH370 telah diambilalih seseorang yang mengetahui benar bagaimana menjalankan pesawat tersebut.
Apa saja ketiga bukti tersebut? Berikut ini analisis John Goglia, mantan anggota Badan Keselamatan Transportasi AS (NTSB) sebagaimana dikutip Antara dari New Straits Times:
1. Transponder
Transponder atau sistem sinyal yang mengidentifikasikan keberadaan pesawat ke radar dimatikan satu jam setelah lepas landas. "Untuk mematikannya, seseorang di kokpit mesti mengaktifkan tombol dengan beberapa pilihan sampai tombol off dan down ditekan secara bersamaan," kata John Goglia, mantan anggota Badan Keselamatan Transportasi AS (NTSB). "Ini wajib diketahui pilot, namun bisa juga dipelajari seseorang dari internet," ujarnya.
2. ACARS
Aircraft Communications Addressing and Reporting System (ACARS) MH370 juga dimatikan. Sistem untuk mengirimkan pesan singkat via satelit atau radio VHF ke home base pesawat ini terdiri dari dua bagian. Bagian informasinya dimatikan, tetapi bagian transmisinya tidak.
"Bagian informasi bisa dimatikan dengan menekan sakelar kokpit untuk digantikan layar komputer di mana opsi bisa dipilih dengan menggunakan keypad," kata Goglia yang juga ahli perawatan pesawat terbang. "Ini juga wajib diketahui pilot, tapi juga bisa dipelajari awam," tuturnya.
Namun untuk mematikan bagian ACARS yang lain, orang harus pergi ke electronics bay (pusat kendali elektronik) yang berada di bawah kokpit. "Ini biasanya tak ingin diketahui pilot," kata Goglia, dan memang tak terjadi di MH370.
Karena bagian ini tak dimatikan,maka pemancar ACARS terus mengirimkan tanda blip yang direkam satelit Inmarsat satu jam sekali selama empat sampai lima jam setelah transponder dimatikan.
Blip ini tak berisi pesan atau data, namun satelit bisa menyebutkan dari wilayah mana blip berasal dan setiap saat menyesuaikan sudut antenanya agar bisa menerima pesan jika ACARS mengirimkan blip-blip. Para penyelidik kini mencoba menggunakan data dari satelit untuk mengidentifikasi dari wilayah mana blip terakhir kali dikirim.
3. Penerbangan terpandu
Indikasi ketiga adalah setelah transponder dimatikan dan radar sipil kehilangan jejak pesawat, radar militer Malaysia terus melacak pesawat begitu pesawat mengarah ke barat. Pesawat kemudian terlacak dalam rute penerbangan yang sudah dikenal sepanjang Semenanjung Malaysia sampai beberapa ratus kilometer dari pantai hingga di luar jangkauan radar militer.
Pesawat penumpang biasanya terbang dari satu waypoint (koordinat) ke waypoint lain agar bisa dipantau menara pengawas pesawat yang memandu pesawat-pesawat agar tak bertubrukkan.
"Waypoint-waypoint ini adalah garis imajiner di langit. Untuk bisa mengikuti garis imajiner ini seseorang harus memandu pesawat," kata Goglia.
Goglia ragu MH370 telah terbang serampangan ketika dalam jangkauan radar militer, termasuk saat melakukan manuver curam sampai ke ketinggian ekstrem, lalu tiba-tiba turun tajam. Tanpa sinyal transponder, kemampuan lacak pesawat tak bisa diandalkan pada ketinggian ekstrem atau ketika terjadi pembelokan mendadak dari ketinggiannya. (ant/new straits times/yus)