Bisnis.com JAKARTA-- Pemerintah Indonesia tingkatkan kerjasama dengan pemerintah New Zealand melalui penandatanganan nota kesepahaman untuk mengembangkan sumber daya manusia di bidang energi terbarukan, khususnya panas bumi melalui paket kebijakan pelatihan dan workshop yang berdurasi dua tahun.
Pelatihan dan workshop itu rencananya difasilitasi oleh Auckland Uniservices yang membagikan pengalaman dan pelatihan bagi operator dan enginer pembangkit listrik panas bumi (PLTP) Indonesia.
Andy Shenk, Chief Executive Officer Auckland Uniservices Limited mengatakan paket pelatihan itu bertujuan agar geologis asal Indonesia dapat meningkatkan efisiensi eksplorasi energi panas bumi.
"Kami akan membawa tenaga ahli kami untuk memberikan pelatihan bagi enginer-enginer asal Indonesia," katanya di Jakarta, Senin (17/3/2014).
Dia mengaku pihaknya telah menggandeng mitra lokal Indonesia untuk memfasilitasi pengembangan panas bumi yakni melalui Asosiasi Panas Bumi Indonesia (Indonesia Geothermal Association/Inaga).
Wakil Ketua Inaga Sanusi Satar mengatakan Auckland sangat berpengalaman di bidang panas bumi sehingga dia berharap agar tenaga ahli Indonesia dapat berkembang untuk meningkatkan eksplorasi panas bumi di Indonesia.
Pasalnya, kapasitas panas bumi harus meningkat hingga 5.000 megawatt pada 2025 sehingga membutuhkan peningkatan sekitar 600 MW per tahun.
"Kami partner Auckland di Indonesia untuk menyelenggarakan diskusi dan seminar untuk meningkatkan kualitas operator dan enginer PLTP Indonesia," katanya.
Sementara itu, Duta Besar New Zealand untuk Indonesia, David Taylor mengatakan program ini merupakan kerjasama untuk kesekian kalinya antara pihaknya dengan pemerintah Indonesia. Pasalnya, kerjasama melalui Geothermal New Zealand dengan pemerintah Indonesia telah terjalin sejak 1977 waktu proyek PLTP Kamojang Garut diselesaikan.
Dia mengungkapkan akan menggelontorkan sekitar 15 juta dolar New Zealand untuk investasi energi terbarukan selama 5 tahun. "Seluruh investasi di Indonesia mencapai 100 juta dolar New Zealand, tetapi khusus untuk bidang energi terbarukan hanya US$15 juta," tuturnya.