Bisnis.com, JAKARTA—Pengusaha Indonesia diyakini belum berani menjalin kerja sama perdagangan dan bisnis dengan Iran. Peluang yang terbuka lebar disia-siakan karena pengusaha takut dengan citra Iran yang sedang mengalami krisis.
Duta Besar Indonesia untuk Iran Dian Wirengjurit menjelaskan pemberian sanksi ekonomi kepada Iran bukan berarti tidak ada negara yang boleh melakukan kerja sama ekonomi dengan negara itu. Menurutnya Indonesia bahkan telah kalah cepat dengan negara tetangga yakni Malaysia.
“Semenjak Iran di embargo oleh Amerika Serikat, negara itu menjadi lebih mandiri. Iran telah mampu memproduksi mobil nasional secara massal, tapi sayangnya suplier karet ban mobil untuk mereka bukan dari Indonesia, melainkan Malaysia,” kata Dian di Jakarta pada Jumat (7/3/2014).
Dia menjelaskan, produksi mobil nasional Iran saat ini pertahun telah mencapai 1,6 juta unit, sayangnya, pengusaha Indonesia menurut Dian belum ada yang berani melakukan kerja sama bisnis dengan Iran.
Menurut Dian, pada 2011 neraca perdagangan Indonesia dengan Iran mencapai US$1,8 juta, namun ketika Iran dijatuhi sanksi unilateral pada 2012, neraca perdagangan antara Indonesia dengan Iran turun menjadi US$1,4 juta, dan pada tahun lalu perdagangan Indonesia turun sekitar US$1,2 juta.
Komoditas utama yang di impor oleh Indonesia dari Iran menurutnya adalah minyak dan gas. Sementara aktivitas ekspor Indonesia ke Iran didominasi oleh karet, kertas dan kelapa sawit, namun dalam jumlah yang relatif sedikit.
“Ketika Iran dikenakan sanksi internasional, bukan hanya neraca perdagangan Indonesia yang turun, tetapi negara lain. Tapi, hanya ada satu negara yang neraca perdagangannya justru meningkat, yaitu Amerika,” ujarnya.
Ketika ditanya secara spesifik mengapa neraca dagang AS dengan Iran bisa meningkat, Dian menjelaskan meskipun Iran dijatuhi sanksi internasional, namun, AS masih terus melakukan hubungan bisnis dengan Iran.
Peluang berbisnis dengan Iran menurutnya tidak hanya dari sektor komoditas, tetapi juga terbuka untuk pakaian jadi, kosmetik dan lainya. Dian menjelaskan, pihaknya terus membuka jalan agar tercipta sebuah hubungan kerja sama antara negara.
Pada September tahun lalu menurutnya 40 orang pengusaha Indonesia telah dibawa meninjau Iran, dan bulan lalu sebanyak 50 orang pengusaha asal Iran diboyong ke Indonesia untuk melihat prospek kerja sama bisnis.