Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Manufaktur Perlu Digenjot

Selain kebutuhan lapangan kerja yang semakin besar, produktivitas industri manufaktur dinilai perlu lebih digenjot guna menghindari ancaman jebakan negara berpenghasilan menengah atau middle income trap.
Investasi asing yang masuk (foreign direct investment/FDI) selama 4 tahun terakhir banyak didominasi oleh sektor manufaktur. /bisnis.com
Investasi asing yang masuk (foreign direct investment/FDI) selama 4 tahun terakhir banyak didominasi oleh sektor manufaktur. /bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA—Selain kebutuhan lapangan kerja yang semakin besar, produktivitas industri manufaktur dinilai perlu lebih digenjot guna menghindari ancaman jebakan negara berpenghasilan menengah atau middle income trap.

Ekonom Senior Centre for Strategic International Studies (CSIS) Djisman Simandjuntak mengatakan pemerintah perlu melakukan terobosan yang besar guna membawa posisi negara bisa keluar dari ancaman jebakan negara berpenghasilan menengah.

“Sektor pertanian, pertambangan, konstruksi, jasa dan lainnya, itu semua tidak bisa. Satu-satunya yang visible adalah sektor manufaktur. Dan ini penting bagi negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat besar,” katanya, Kamis (27/2/2014).

Pada 2019, dia memperkirakan industri manufaktur akan menjadi sektor yang vital dalam memenuhi kebutuhan lapangan kerja. Sekadar informasi, Bappenas memperkirakan jumlah penduduk Indonesia mencapai 271 juta jiwa.

Kendati demikian, Djisman menilai Indonesia sebenarnya telah kehilangan momentum menggenjot industri manufaktur, sejak 1993-1994. Menurutnya, momentum tersebut hilang, ketika pertumbuhan ekonomi China yang melesat akibat dorongan industri manufaktur.

“Sejak itu, pertumbuhan sektor manufaktur kita selalu lebih lambat dari pertumbuhan PDB. Selain itu, industri manufaktur juga terhambat akibat ketergantungan kita dari sektor komoditas, dimana itu merupakan penyakit Belanda,” ujarnya.

Di samping itu, dia juga menilai produktivitas industri manufaktur perlu digeser dari sebelumnya produktivitas manufaktur rendah ke produktivitas tinggi. Menurutnya, produktivitas industri manufaktur dalam 3 tahun terakhir berjalan stagnan.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Mahendra Siregar mengaku sektor manufaktur memang menjadi motor bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia secara berkelanjutan seiring perbaikan daya saing.

“Menjaga pertumbuhan konsumsi masyarakat, lapangan kerja dan nilai tambah itu memang motornya itu sektor manufaktur. Adapun sektor pertanian ataupun jasa itu butuh waktu lebih banyak. Tapi tetap jangan ditinggalkan,” tuturnya.

Dia mengaku investasi asing yang masuk (foreign direct investment/FDI) selama 4 tahun terakhir banyak didominasi oleh sektor manufaktur. Menurutnya, pemerintah sengaja mendesain kebijakan guna mendorong sektor manufaktur lebih berkembang.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper