Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Dampak Ekspansi Batu Bara, Ketahanan Air & Pangan Hancur

Ekspansi bisnis batubara di Indonesia akan menghancurkan ketahanan pangan dan air di masa mendatang terkait dengan kerusakan yang ditimbulkan dalam proses produksi baik di kawasan hulu dan hilir area pertambangan.
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Ekspansi bisnis batu bara di Indonesia akan menghancurkan ketahanan pangan dan air di masa mendatang terkait dengan kerusakan yang ditimbulkan dalam proses produksi baik di kawasan hulu dan hilir area pertambangan.

Donna Lisenby, Koordinator Kampanye Batubara Global dari Waterkeeper Alliance, mengatakan pencemaran batu bara terjadi di dua sisi yakni area hulu dan hilir. Penambangan batu bara tak hanya merusak sungai, tetapi juga berpengaruh pada ketahanan pangan.

"Tak hanya air yang akan rusak atau diracuni, tetapi juga area pertanian. Jadi, tak hanya soal air yang bersih namun juga berpengaruh negatif pada suplai makanan," kata Lisenby dalam diskusi soal batu bara pada Minggu (23/02/2014).

Dia menuturkan setiap fase produksi batu bara memiliki dampak khusus, baik di udara hingga air. Walaupun sejumlah produsen memiliki teknologi untuk mengurangi polusi udara, katanya, limbah lainnya akan dibuang ke sungai sehingga berpengaruh pada kualitas air dan ikan di sana.

Lisenby memaparkan bagaimana area lahan gambut yang berfungsi sebagai penjernih air alami sekaligus area yang berdekatan dengan area pertanian, bisa hancur karena pertambangan batu bara.

Oleh karena itu, dia mengkhawatirkan tentang massifnya ekspansi batu bara di Indonesia yang akan mengalahkan dampak yang telah terjadi di Amerika Serikat (AS). Proses produksi hingga distribusi batu bara, paparnya, akan menyebabkan lebih banyak orang yang bermasalah dengan kesehatan, air minum yang dikonsumsi hingga ekosistem di laut, untuk pangan.

Bruce Buckheit, mantan Kepala Divisi Penegakan Hukum Kualitas Udara Environmental Protection Agency (EPA) AS, mengatakan banyak perusahaan di AS yang telah ditindak secara hukum karena tak menggunakan teknologi mitigasi pencemaran udara akibat batu bara. Oleh karena itu, sambungnya, sudah saatnya pembangkit listrik berbasis batubara ditinggalkan.

"Walaupun lobi dari perusahaan batubara terhadap pemerintah kini masih sangat kuat, tetapi ada pula upaya untuk menggalakkan energi terbarukan. Di sana [AS] telah terjadi perubahan yang cukup menarik soal ini," kata Buckheit.

Dia memaparkan pencemaran akibat batubara telah pernah terjadi di AS maupun Inggris, dan kini masalah serupa dihadapi China dewasa ini. Oleh karena itu, lanjut Buckheit, Indonesia bisa meninggalkan batubara sebagai salah satu pembangkit energi dan beralih ke teknologi energi terbarukan.

Pembicara lainnya, Ki Bagus Hadi Kusuma dari Jaringan Advokasi Tambang, mengatakan sungai-sungai di daerah pertanian yang berdekatan dengan area pertambangan, tengah menghadapi masalah besar. Akibat limbah batubara, ujarnya, petani di Kalimantan Timur mengalami penurunan produksi padi.

"Di Desa Kertabuana, petani mengalami penurunan produksi padi hingga separuhnya. Ini karena lumpur mereka bercampur dengan batubara yang masuk ke sawah," kata Bagus. "Jumlah produksi batubara harus dikurangi, kalau ingin menyelamatkan pertanian, laut, sungai dan kesehatan warga."


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Anugerah Perkasa
Editor : Sepudin Zuhri

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper