Bisnis.com, BANDUNG — Asosiasi Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Jabar menilai perkembangan teknologi seperti penyediaan jasa penjualan paket wisata online tidak akan menggerus bisnis para pelaku penyedia jasa wisata.
Ketua Asita Jabar Budijanto Ardiansjah mengungkapkan jasa penjualan tiket secara online memang banyak dimanfaatkan untuk beberapa produk jasa wisata yang hanya single komponen seperti penjualan tiket pesawat atau kamar hotel, dan bukan multi komponen.
Dia mengungkapkan konsumen yang memilih jasa penjualan tiket online memang mengasumsikan bahwa apa yang mereka beli secara online dapat lebih murah dari pada membeli di biro jasa wisata secara langsung.
“Namun, hal tersebut sulit dilakukan untuk produk jasa wisata yang multi komponen seperti penyediaan paket travelling, kamar hotel, dan tiket pesawat secara bersamaan,” ujarnya, Kamis (20/2).
Berbagai faktor seperti sulitnya komunikasi apabila terjadi komplain, kurangnya kepercayaan terhadap transaksi pembayaran kartu kredit, dan belum amannya system transaksi tersebut, membuat bisnis jasa penyedia paket wisata tidak akan tergeser oleh penjualan jasa paket wisata online.
Budi menilai perkembangan teknologi dari Internet hanya merupakan suatu tools tambahan yang dapat melengkapi setiap bisnis termasuk diantaranya bisnis penyedia jasa pariwisata.
“Untuk perjalanan group yang pasarnya masih cukup besar seperti ini, tentu harus di manajemen oleh suatu pihak yang memang benar ada atau bukan dengan system.”
Untuk memperluas pasar, para pelaku jasa wisata saat ini juga terus mengembangkan paket wisata unggulan yang banyak diminati oleh masyarakat seperti wisata rohani.
Wisata religi tidak lagi hanya diminati oleh masyarakat muslim seperti paket haji dan umroh, melainkan juga oleh mereka yang non-muslim dan mulai senang berziarah misalnya menuju Jurusalam.
Seperti negara lainnya, saat ini wisata umroh menjadi sebuah tren yang banyak diminati oleh wisatawan local. Hal ini dikarenakan kesadaran rohani setiap orang yang mulai tumbuh, sehingga terkadang umroh dijadikan insenstif oleh para corporate kepada karyawannya.
“Ini juga merupakan salah satu strategi dari para pelaku bisnis jasa wisata untuk menghadapi Asean Frade Trade Area (AFTA).”
Adanya AFTA diperkirakan akan mengundang banyak pelaku bisnis jasa wisata dari negara asing, dimana pada saat ini pun sudah banyak pemberi jasa wisata dari Malaysia masuk ke Indonesia dengan berbagai paket wisata yang tidak kalah menarik.
Budi mengungkapkan meskipun para penyedia jasa wisata ini dating dari negara luar, namun mereka tetap harus menjadi anggota Asita untuk mempermudah berbagai perizinan.
Namun, dari segi nasionalisme tentu Asita harus mendorong para pelaku bisnis local yang memang lebih dulu membidik pangsa pasar ini.
“Terlepas dari itu semua, yang menjadi satu tantangan khususnya adalah bagaimana para sdm lokal kita dapat bersaing dengan sdm-sdm asing yang pastinya memiliki banyak keahlian khusus,” ujarnya.