Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Rusia menyatakan larangan ekspor barang mentah yang baru-baru diumumkan merupakan langkah strategis untuk meningkatkan daya saing RI dalam kancah perekonomian internasional.
Duta Besar Rusia Mikhail Galuzin mengatakan pelarangan tersebut menciptakan peluang investasi baru yaitu pembangunan smelter atau pabrik pengolahan bahan mineral di Indonesia.
“Dukungan pebisnis Rusia terhadap regulasi pemerintah Indonesia dapat dilihat dari kerja sama ekonomi Rusia terhadap pembangunan kompleks industri alumina di Kalimantan,” ungkapnya pada acara jumpa pers memperingati hari Diplomat Rusia di Jakarta, Senin (10/2/2014).
Menurutnya, Indonesia tidak perlu mengkhawatirkan merosotnya potensi ekspor yang selama ini memang didominasi oleh komoditas. Pasalnya, jika ekspor barang mentah terus dilanjutkan maka kerugian yang lebih besar akan dialami Indonesia.
Rusia, katanya, saat ini tidak memperbolehkan ekspor barang mentah karena harganya pun jauh lebih murah dibandingkan dengan barang-barang olahan. “Bisa dilihat sendiri, ekspor utama Rusia saat ini lebih banyak didominasi oleh barang modal, mesin pertahanan, dan manufaktur,” tekannya.
Untuk peralatan militer, Galuzin mengemukakan setidaknya Indonesia telah membeli sejumlah peralatan militer antara lain 16 jet fighter dan 37 perlatan militer yang dipesan oleh angkatan laut Indonesia beberapa waktu yang lalu.
Galuzin mengungkapkan Rusia tengah memperhatikan tren investasi yang berkembang di Indonesia sehingga diharapkan sektor-sektor lainnya yang belum pernah dijamah oleh Rusia bisa segera dikembangkan.
“Misalkan saat ini, Rusia tengah fokus pada sektor infrastruktur dengan mengerjakan proyek pembangunan rel kereta api,” ucapnya.
Beberapa perusahaan Rusia juga terlihat mulai menjajal keuntungan di Indonesia yaitu Russal, Russian Railway, Norilsk Nickel, dan Kamaz.
Sebelumnya, pemerintah Rusia telah menargetkan peningkatan perdagangan hingga US$5 miliar. Meskipun begitu, frekuensi perdagangan antara Rusia dan Indonesia masih terbilang belum maksimal.
Berdasarkan catatan yang ada, neraca perdagangan Indonesia-Rusia masih mencatatkan defisit US$1,64 miliar pada 2012 dengan total perdagangan senilai US$3,37 miliar. Untuk 2013 pada peride Januari-November, defisitnya mencapai US$1,30 miliar.