Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wisatawan Nasional Bocorkan Devisa Negara

Perjalanan penduduk Indonesia ke luar negeri atau disebut dengan wisatawan nasional (wisnas) ibarat dua sisi mata uang berbeda. Di satu sisi, aktivitas ini dianggap sebagai salah satu indikator keberhasilan pembangunan nasional, tetapi di sisi yang lain aktivitas ini merupakan salah satu penyebab mengalirnya devisa negara ke luar negeri.
 Wisatawan ke Singapura/Bisnis
Wisatawan ke Singapura/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA - Perjalanan penduduk Indonesia ke luar negeri atau disebut dengan wisatawan nasional (wisnas) ibarat dua sisi mata uang berbeda.

Pada satu sisi, aktivitas ini dianggap sebagai salah satu indikator keberhasilan pembangunan nasional, tetapi di sisi yang lain aktivitas ini merupakan salah satu penyebab mengalirnya devisa negara ke luar negeri.

Berdasarkan data dari Pusat Data dan Informasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif  yang dihimpun oleh Bisnis menyebutkan jumlah penduduk Indonesia yang melakukan perjalanan ke luar negeri memperlihatkan kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun.

Pada 2009 tercatat sebanyak 5,05 juta orang yang melakukan perjalanan ke luar negeri, pada 2010 naik sebesar 23,40% menjadi 6,23 juta.

Pada 2011 meningkat lagi sebesar 8,26%  ke angka 6,75 juta. Pada 2012 wisnas mencapai angka 7,31 juta dan pada 2013 sebanyak 7,23 juta. Namun pada 2013 angka tersebut belum termasuk akumulasi wisnas natal dan tahun baru. Jumlah sementara itu didapat hingga November 2013 saja.

“Jumlah wisnas 2013 hanya jumlah sementara, jika semua sudah diakumulasikan hingga akhir tahun, maka kemungkinan jumlah akan naik dibandingkan dengan wisnas 2012,” kata Kepala Pusat Data dan Informasi  kemenparekraf Abdul Kadir  kepada Bisnis.

Dia menambahkan kenaikan jumlah wisnas per tahunnya tidak terlepas dari keberhasilan pembangunan yang mendorong kemajuan di bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Hal ini turut membangun masyarakat yang melek pengetahuan dan informasi (knowledge-based community) yang kian melebarkan aktivitasnya tidak sekedar di tingkat nasional tetapi ke tingkat regional hingga global.

Kenaikan jumlah wisnas juga diimbangi oleh kemampuan finansial dan kemapanan ekonomi masyarakat Indonesia yang kian meningkat.  Kemudahan akses perjalanan ke luar negeri juga berkontribusi dalam peningkatan jumlah wisnas. Maskapai penerbangan yang menerapkan sistim Low Cost Carrier (LCC) disebut sebagai jalan untuk memepermudah melakukan perjalanan pariwisata.

Namun wisnas yang sering melakukan perjalanan ke luar negeri adalah cross border outbond. Yang termasuk dalam kategori tersebut adalah mereka yang hanya menyeberangi perbatasan wilayah untuk sampai ke negeri seberang.Misalnya ke Singapura, Johor dan Tanjung Pinang via Batam yang mayoritas melakukan perjalanan untuk keperluan berobat. Mereka juga termasuk dalam kategori wisnas.

Kategori wisnas selanjutnya yang paling banyak menyalurkan devisa ke luar negeri adalah pelaku ibadah umrah. Lamanya waktu menunggu bagi seseorang yang ingin melakukan ibadah haji-bahkan ada yang menunggu hingga 10 tahun-membuat umrah dijadikan cara efektif untuk melakukan perjalanan ke Makkah, Arab Saudi yang dapat dilaksanakan tiap bulan tanpa menunggu.

Setelah melakukan perjalanan ibadah ke Arab Saudi, kawasan yang menjadi favorit kunjungan orang Indonesia untuk berwisata adalah Amerika, Oseania, Eropa, Afrika, Asia dan terakhir negara-negara Asia Tenggara. Rata-rata lama tinggal wisnas di negara tujuan sekitar 7 hingga 11 hari.

Seiring dengan semakin banyaknya penduduk Indonesia ke luar negeri, pengeluaran mereka diyakini semakin besar. Dana tersebut dapat dikategorikan sebagai bentuk kebocoran devisa nasional.  Pada 2009 total pengeluaran wisnas selama di luar negeri terhitung dari lamanya mereka tinggal adalah US$4,9 juta. Pada 2010 naik ke angka US$6 juta. Pada 2012 mencapai US$6,3 juta dan pada 2013 melonjak hingga US$7,1 juta per November.

“Kenaikan seperti ini harus benar-benar ditekan agar devisa tidak mengalir keluar. Namun jika berurusan dengan ibadah (umrah), kami juga tidak bisa melarang. Ini adalah PR (pekerjaan rumah) bagi kami dan pemangku kepentingan lainnya untuk berusaha menahan laju lonjakan wisnas tiap tahun,” ungkapnya.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper