Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Utilisasi Industri Pionir Masih Rendah

Utiisasi industri manufaktur di dalam negeri masih rendah. Bahkan, sebagian besar sektor industri manufaktur yang menjadi industri pionir pemerintah memiliki utilisasi di bawah angka 70%.
Kerja Sama Pertamina-Thailand PTT Global Chemical /bisnis.com
Kerja Sama Pertamina-Thailand PTT Global Chemical /bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Utiisasi industri manufaktur di dalam negeri masih rendah. Bahkan, sebagian besar sektor industri manufaktur yang menjadi industri pionir pemerintah memiliki utilisasi di bawah angka 70%.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Aromatik, Olefin, dan Plastik (Inaplas) Fajar A.D Budiyono mengatakan sepanjang 2013, utilisasi industri petrokimia masih di bawah 60%. Artinya, kata Fajar, industri petrokimia membutuhkan investasi baru di sektor hulu guna memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Industri ini membutuhkan 3 kilang lagi. Pemerintah berjanji, setidaknya ada satu kilang pengolahan minyak yang bisa direalisasikan,” kata Fajar ketika dihubungi Bisnis, Senin (27/1/2014).

Menurut Fajar, produksi petrokimia dalam negeri tahun lalu sekitar 1,8 juta ton. Padahal, kapasitas terpasang mencapai 2,4 juta ton. Adapun kebutuhan petrokimia jenis polipropilena, mencapai 1 juta ton per tahunnya.

Sementara itu, kapasitas pasokan lokal maksimal 800.000 ton/tahun yang dipasok oleh tiga produsen yaitu Chandra Asri, Polytama Propindo dan Pertamina.

Artinya, sisa kebutuhan harus diimpor. Meskipun pada September tahun lalu mendapatkan tambahan pasokan dari PT Polytama Propindo (Polytama) yang sebelumnya sempat berhenti beroperasi, produksi belum bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Dengan beroperasinya Polytama secara penuh, impor bisa ditekan setara kapasitasnya, dengan perkiraan nilai mencapai US$ 300-400 juta.

Ketika Polytama berhenti operasi, utilisasi drop. Sekarang sudah operasi kembali, pada 2014 diharapkan utilisasi bisa di atas 70%,” kata Fajar.

Menurutnya, utilisasi industri petrokimia dikatakan maksimal ketika mencapai 80%. Pada sisi lain, meski utilisasi industri petrokimia masih di bawah 60%, utilisasi di sektor hilirnya, yakni industri plastik, suda cukup baik.

“Tidak ada masalah investasi baru juga banyak, utilisasi di atas 80%. Yang harus menjadi fokus ada sektor hulu, harus dioptimalkan oleh pemerintah, Pertamina dan swasta dengan saling bersinergi. Gap-nya masih besar soalnya.”

Sama halnya dengan industri petrokimia, utilisasi sektor industri baja juga masih sekitar 60%-70%.

Co-Chairman Indonesian Iron and Steel Industries (IISIA) Ismail Mandry mengatakan banyaknya kendala yang dihadapi membuat utilisasi sektor baja masih rendah. Adapun kapasitas pabrik baja nasional adalah 10 juta ton per tahun.

 “Utilisasinya sendiri sekitar 60%. Artinya, banyak kendala yang yang tak terselesaikan,” kata Ismail. Untuk bisa meningkatkan utilisasi, kata Ismail, pemerintah perlu menciptakan kebijakan yang mendorong berkembangnya industri baja.

Namun kenyataannya, kondisi ekonomi saat ini tengah tidak mendukung, mulai dari pelemahan rupiah, hingga kebijakan pemerintah yang berencana menaikan tarif dasar listrik (TDL) untuk industri tahun ini.

Utilisasi tahun ini bisa lebih rendah bila kebijakan belum baik. Kami ingin meningkatkan utilisasi, tetapi sulit. Padahal, kalau kapasitas dioptimalkan, utilisasi bisa mencapai 95%, tetapi sulitnya ini.”

Industri pionir lainnya, yakni industri permesinan juga masih belum optimal utilisasinya. Direktur Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian Budi Darmadi mengatakan tingkat utilisasi industri permesinan tergantung pada jenisnya.

Industri permesinan terbagi dalam empat kategori, yakni mesin alat berat, mesin pertanian, mesin untuk pembangkit listrik, dan untuk mesin perkakas.

Menurutnya, kebutuhan industri alat berat mencapai 14.000 unit/tahun, sedangkan produksi nasional hanya 7.000 unit per tahun, dan sisanya diperoleh melalui impor. Sedangkan kapasitas produksi sekitar 8.000 unit. “Artinya bisa dikejar produksinya,” kata Budi.

Sementara itu, untuk mesin perkakas, kata Budi, tingkat utilisasi masih rendah.”Untuk mesin yang kecil-kecil bisa produksi di sini, tetapi yang menengah dan besar belum.”

Adapun sepanjang 2013, kinerja industri alat berat tidak begitu mengkilap. Produksi pada 2013 hanya sekitar 6.127 unit, sedangkan pada 2012 mencapai 7.947 unit. Penurunan tersebut karena permintaan mulai turun.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Riendy Astria
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper