Bisnis.com, JAKARTA—PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) mencari pembiayaan eksternal sekitar Rp51,2 triliun untuk mendanai belanja modal (capital expenditure/capex) yang dianggarkan sebesar Rp57,5 triliun tahun ini.
Direktur Utama Perusahaan Listrik Negara (PLN) Nur Pamudji menuturkan belanja modal itu dipastikan akan dibiayai lewat anggaran penerimaan dan belanja negara (APBN) 2014 sebesar Rp5,8 triliun dan daftar isian pelaksanaan anggaran (DIPA) senilai Rp500 miliar.
“Sisanya harus dicari dari dana eksternal. Kami tidak membuat prediksi cara apa yang akan dipakai untuk menutupi kekurangan itu,” ujarnya seperti dilaporkan Harian Bisnis Indonesia, Senin (20/1/2014).
Menurutnya, salah satu sumber pendanaan yang bisa direalisasikan tahun ini adalah penerbitan surat utang (obligasi) dan suku ijarah.
Apalagi, perseroan masih memiliki kesempatan dari skema penawaran umum berkelanjutan (PUB) sebesar Rp12 triliun yang efektif sejak pertengahan tahun lalu.
BUMN kelistrikan itu baru merilis surat utang Rp2,67 triliun sepanjang 2013 melalui penerbitan obligasi senilai Rp2,12 triliun dan sukuk ijarah sebesar Rp550 miliar yang diterbitkan dua kali pada pertengahan dan akhir tahun lalu.
Dengan demikian, perseroan masih memiliki peluang untuk menerbitkan surat utang sebesar Rp9,33 triliun untuk mendukung pembiayaan tahun ini.
“Obligasi hanya salah satu cara. Yang kami target sebenarnya pendanaan,” jelasnya.
Dia mengatakan PLN lebih memprioritaskan tiga sumber pendanaan daripada menaikkan margin tarif listrik. Ketiga sumber pendanaan itu adalah pinjaman perbankan, penjualan surat utang, serta APBN untuk transmisi listrik Jawa-Sumatra dan proyek lainnya.
Penaikan margin listrik merupakan wewenang Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Margin listrik berfungsi agar perseroan mendapat keuntungan sehingga lebih mudah memperoleh pinjaman.
Setiap kenaikan 1% margin, PLN bisa mendapat keuntungan Rp2 triliun. Dari jaminan margin itu, perseroan mampu berinvestasi atau memperoleh pinjaman hingga Rp20 triliun.
Pada tahun ini, PLN menargetkan 3,48 juta pelanggan baru atau tumbuh 8,8% dibandingkan dengan jumlah pelanggan baru tahun lalu sebanyak 3,2 pelanggan.
“Pelanggan eksisting ada 53 juta. Tahun ini menjadi 56 jutaan lah,” katanya.