Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Neraca Pembayaran Indonesia Bakal Kembali Surplus

Bank Indonesia memperkirakan neraca pembayaran Indonesia kuartal IV/2013 kembali surplus US$4,4 miliar setelah tiga kuartal berturut-turut mencatat defisit
/Ekspor-Impor Januari-Agustus 2013
/Ekspor-Impor Januari-Agustus 2013

Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia memperkirakan neraca pembayaran Indonesia kuartal IV/2013 kembali surplus US$4,4 miliar setelah tiga kuartal berturut-turut mencatatkan defisit.

Deputi Gubernur BI Perry Wardijo mengatakan surplus itu dilatarbelakangi defisit transaksi berjalan (current account deficit) yang menyempit serta surplus transaksi modal dan finansial (capital and financial account) yang kian besar sepanjang 3 bulan terakhir pada 2013.

Menurutnya, penyempitan defisit transaksi berjalan disebabkan oleh surplus neraca perdagangan selama Oktober-November dan diperkirakan berlanjut Desember. Bank sentral memperkirakan surplus perdagangan nonmigas US$5,4 miliar atau naik dari kinerja kuartal sebelumnya US$2,8 miliar.

Defisit transaksi berjalan kuartal IV/2013 diprediksi menyusut hingga di bawah 3,5% dari produk domestik bruto (PDB), lebih rendah dari kuartal sebelumnya yang 3,8% terhadap PDB. Angka itu setara US$6 miliar sehingga secara kumulatif defisit transaksi berjalan 2013 akan US$30 miliar.

Sementara itu, transaksi modal dan finansial akan lebih besar dari kuartal III/2013 yang US$4,9 miliar akibat adanya arus masuk modal (capital inflow) dari penerbitan surat berharga negara (SBN) dan investasi asing langsung (foreign direct investment).

“Dengan adanya surplus transaksi modal yang lebih besar dan current account deficit yang lebih rendah,balance of payment (neraca pembayaran Indonesia) kuartal IV/2013 akan surplus US$4,4 miliar,” kata Perry, Kamis (9/1/2014).

Seperti diketahui, sejak kuartal I hingga kuartal III tahun lalu, NPI tercatat defisit, yakni berturut-turut US$6,6 miliar, US$2,5 miliar dan US$2,6 miliar.

Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan ada perbaikan selama semester II/2013 setelah pada paruh pertama tahun lalu, defisit transaksi berjalan sempat US$9,9 miliar atau 4,4% terhadap PDB.

“Namun, yang perlu diperhatikan adalah impor minyak yang secara tahunan masih menunjukkan adanya peningkatan,” katanya.

Dia menuturkan perbaikan kinerja NPI dengan defisit transaksi berjalan yang menurun akan mendukung pergerakan nilai tukar rupiah lebih stabil dan cenderung menguat ke depan.

Seperti diketahui, rupiah secara point to point melemah 20,8% (year on year) selama 2013 ke level Rp12.170/US$ atau secara rata-rata melemah 10,4% (yoy) ke level Rp10.445.

Tekanan terhadap rupiah cukup kuat sejak akhir Mei 2013 sejalan dengan meningkatnya aliran modal keluar yang dipicu oleh sentimen terhadap rencana pengurangan stimulus moneter oleh the Fed di tengah kenaikan inflasi domestik pascapenaikan harga BBM bersubsidi dan persepsi terhadap prospek transaksi berjalan. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sri Mas Sari
Editor : Nurbaiti
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper