Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah dapat menghemat devisa negara melalui pemanfaatan minyak mentah milik PT Pertamina (Persero) yang berasal dari lapangan minyak dan gas bumi di luar negeri.
Ali Mundakir, Vice President Corporate Communication Pertamina, mengatakan pemerintah tidak perlu mengeluarkan dolar Amerika Serikat untuk membayar produk olahan kilang dan minyak mentah bagian Pertamina dari lapangan migas di luar negeri.
“Meskipun hitung-hitungannya menggunakan skema internasional dan menggunakan dolar AS, pemerintah dapat menggunakan rupiah untuk menghemat devisa,” katanya di Jakarta, Rabu (8/1).
Ali menuturkan minyak mentah Saharan Crude itu akan diolah menjadi bahan bakar minyak (BBM) jenis premium, solar, avtur dan beberapa produk lainnya di fasilitas milik Pertamina. Produk tersebut kemudian akan disalurkan untuk memenuhi kebutuhan BBM di dalam negeri.
Menurutnya, setiap bulan perseroan akan membawa pulang 600.000 barel minyak mentah dari Aljazair dengan menggunakan kapal pengangkut minyak mentah dan produk olahan kilang yang dimiliki perusahaan.
Sebagai tahap awal, perseroan menggunakan MT Gunung Geulis yang memiliki spesifikasi Large Range (LR) Crude Oil dan memenuhi persyaratan SIRE, sehingga dapat diterima oleh terminal migas internasional.
Terus meningkatnya permintaan BBM dan terbatasnya infrastruktur membuat negara harus mengimpor sebagian besar pasokan untuk memenuhinya.