Bisnis.com, JAKARTA—Petani tebu meminta pemerintah memperhatikan produktifitas tebu rakyat yang masih rendah, sehingga tidak mampu bersaing dengan gula rafinasi.
Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia Soemitro Samadikun mengatakan harga gula rafinasi yang jauh lebih murah dibandingkan dengan harga gula petani disinyalir menjadi penyebab merembesnya gula jenis ini ke pasar konsumsi. Karena itu, memperbaiki on farm (hulu) dan hilir berupa revitalisasi pabrik gula mutlak diperlukan.
“Meningkatkan produktifitas merupakan satu-satunya cara yang harus dilakukan pemerintah untuk melindungi petani. Karena itu, kesungguhan pemerintah dalam merevitalisasi pabrik gula sangat dibutuhkan,” katanya, Kamis (2/1/2013).
Sumitro menyebutkan rendemen tebu saat ini kurang dari 5%, atau jauh dibawah target pemerintah sebesar 8%. Dengan rendemen ini, harga gula petani idealnya sebesar Rp.13.000/kg. Dengan harga sebesar itu, mustahil bersaing dengan gula rafinasi yang harganya dibawah Rp.8.500/kg.
“Untuk mendapatkan harga Rp.8.500/kg, maka rendemen petani harus ditingkatkan minimal menjadi 9%,” katanya.
Kementerian Pertanian mencanangkan program bongkar ratoon guna meningkatkan produksi gula nasional. Namun, nampaknya program ini belum dapat meningkatkan produksi gula secara signifikan.
Menteri Pertanian Suswono dalam konferensi pers akhir pekan lalu mengatakan pencapaian target swasembada gula terevaluasi, tidak lagi memasukkan kebutuhan gula industri ke dalam target swasembada. Hanya kebutuhan konsumsi rumah tangga saja yang menjadi target swasembada.
Beberapa faktor yang menjadi penyebabnya antara lain tidakadanya tambahan lahan untuk perluasan areal tebu. Selain itu revitalisasi industri pabrik gula ternyata tidak berjalan, hal ini dibuktikan dengan realisasi pembangunan pabrik gula baru hanya 1 unit dari target 20 hingga 25 unit.
“Pemenuhan kebutuhan gula untuk konsumsi rumah tangga surplus 384.300 ton, tetapi untuk pemenuhan keseluruhan masih belum mencukupi, karena beberapa faktor tadi,” jelasnya.
Sumitro menilai pemerintah perlu fokus pada intensifikasi, baik disektor hulu maupun hilir. Ekstensifikasi berupa penambahan lahan sangat sulit dilakukan dan terlalu beresiko.
“Intensifikasi akan meningkatkan pendapatan petani, jika ini terjadi maka petani akan tertarik dan areal pertanaman tebu akan meningkat dengan sendirinya,” jelasnya.