Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menteri Hatta Yakin Investasi Jalan Terus di 2014

Menko Perekonomian Hatta Rajasa yakin pesta demokrasi berupa pemilihan presiden tahun ini tidak akan mengganggu prospek investasi Indonesia secara umum.
Wakil Presiden Boediono (tengah) didampingi Menko Perekonomian Hatta Rajasa (kedua kiri), Menkeu Chatib Basri (kanan), Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman Hadad (kedua kanan) dan Dirut BEI Ito Warsito (kiri) membuka secara resmi perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (2/1). Pada perdagangan perdana tahun 2014, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 28,358 poin (0,66%) ke level 4.302,535./antara
Wakil Presiden Boediono (tengah) didampingi Menko Perekonomian Hatta Rajasa (kedua kiri), Menkeu Chatib Basri (kanan), Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman Hadad (kedua kanan) dan Dirut BEI Ito Warsito (kiri) membuka secara resmi perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (2/1). Pada perdagangan perdana tahun 2014, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 28,358 poin (0,66%) ke level 4.302,535./antara

Bisnis.com, JAKARTA—Menko Perekonomian Hatta Rajasa yakin pesta demokrasi berupa pemilihan presiden tahun ini tidak akan mengganggu prospek investasi Indonesia secara umum.

“Saya melihat investor sudah mulai cerdas. Kita sudah cukup berpengalaman dalam menjalankan demokrasi di Tanah Air,” ujarnya ketika ditemui di Gedung Bursa Efek Indonesia, Kamis (2/1/2014).

Hatta mengatakan di Indonesia, hampir setiap minggu ada penyelenggaraan pemilihan kepala daerah. Sehingga, di satu sisi politik berjalan terus, suksesi pemerintahan akan berjalan, dan secara ekonomi, investasi juga tetap berjalan.  

“Buktinya Jepang menetapkan investasinya pada 2013—2014 itu nomor satu di Indonesia. Artinya orang melihat bahwa Indonesia punya prospek yang sangat baik ke depan. Jadi kita harus optimistis di 2014,” ujarnya.

Sebelumnya, Wakil Presiden RI Boediono menyebutkan ada 4 faktor risiko yang perlu diantisipasi tahun ini. Pertama adalah apa yang akan terjadi pada likuiditas global dengan diputuskannya postur kebijakan moneter Amerika Serikat.

“Satu hal yang ingin saya garisbawahi adalah pengetatan likuiditas global ini berbeda dengan pengetatan likuiditas saat 1997—1998 dan 2008,” ujarnya.

Boediono mengatakan perbedaannya sangat besar karena tapering off sekarang trigger-nya bukan karena bangkrutnya sebua perusahaan finansial, tapi karena pemulihan di negara-negara maju terutama Amerika Serikat.

Selain itu, tapering off ini akan terjadi secara lebih orderly, sehingga ada waktu yang bisa direncanakan untuk meresponnya. Sedangkan pada 2008, terjadi ledakan yang begitu tiba-tiba sehingga semuanya tidak siap meresponnya.

Selanjutnya, faktor risiko yang kedua (pada 2014) adalah harga minyak. Ketiga adalah harga bahan makanan dan terakhir adalah politik dalam negeri, yakni adanya pemilihan legislatif dan pemilihan presiden 2014.

“Tahun politik saya yakin ini tentu ada pengaruhnya dengan apa yang akan terjadi. Pada semester II 2014 nanti akan terbentuk political capital yang sangat signifikan. Saya harap ini bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya,” kata Boediono.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper