Bisnis.com, JAKARTA--Emirates Airline kembali menerima dua A380, pesawat untuk penerbangan sipil terbesar di dunia, dari fasilitas Airbus Finkenwerder di Hamburg, Jerman.
Pengiriman ini menjadi A380 ke-43 dan ke-44 milik Emirates. Maskapai yang berbasis di Dubai, Uni Emirat Arab tersebut diketahui memesan 140 Airbus A380 dan jadi operator kedua untuk tipe ini setelah Singapore Airlines.
"Pelanggan kami suka dengan A380–-mulai dari kabinnya yang lebih senyap, tata ruang yang luas di dek utama, hingga lounge dalam pesawat dan shower spa di kabin premium kami," kata Tim Clark, Presiden Emirates Airline, dalam rilisnya, Senin (23/12/2013).
Emirates saat ini mengoperasikan layanan penerbangan non-stop A380 terpanjang di dunia (13.414 kilometer). Penerbangan itu melayani rute Dubai dan Los Angeles, yang diluncurkan awal bulan ini.
Penerbangan A380 terpendek Emirates adalah antara Bangkok dan Hong Kong, sekitar 1.900 kilometer.
Menurut Clark, Airbus A380 merupakan salah satu pesawat yang paling efisien bahan bakar per kursi.
Armada tersebut juga menawarkan beberapa fleksibilitas dalam jangkauan dan juga membantu untuk memenuhi permintaan di bandara yang slotnya dibatasi.
Pada A380 terbaru Emirate telah dilengkapi dengan layar high definition LCD TV yang lebih besar untuk meningkatkan pengalaman entertainment dalam pesawat.
"Kami juga telah memperkenalkan tablet layar sentuh baru yang memungkinkan penumpang mengendalikan semua fungsi kursi mereka dan pilihan film hanya dengan satu sentuhan," katanya.
Emirates A380 ke-43 dan ke-44 ini menawarkan 14 kursi di kelas utama, 76 kursi kelas bisnis dan 427 kursi di kelas ekonomi, dan akan dimasukkan ke dalam layanan mulai 21 Desember. Pesawat ini akan beroperasi untuk penerbangan ke Mauritius dan Munich.
Emirates adalah maskapai penerbangan pertama yang memesan A380 pada 2000, dan menambah 50 unit lagi pada Dubai Air Show pada November yang lalu.
Tahun ini mereka menerima 13 Airbus A380, dan akan datang lagi 13 pesawat lainnya pada 2014. Masih ada 96 pesawat jenis A380 senilai US$43 miliar yang dipesan, dengan 71 diantaranya akan diserahkan sebelum akhir 2018.