Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IKM SEPATU: Bahan Baku Andalkan Impor

Industri kecil dan menengah (IKM) persepatuan di Jawa Barat kesulitan memperoleh bahan baku di pasar domestik, sehingga terpaksa harus mengandalkan impor untuk memenuhi kebutuhan produksi.

Bisnis.com, BANDUNG — Industri kecil dan menengah (IKM) persepatuan di Jawa Barat kesulitan memperoleh bahan baku di pasar domestik, sehingga terpaksa harus mengandalkan impor untuk memenuhi kebutuhan produksi.

Direktur Glintzroom Dina Dellyana mengemukakan pasokan bahan baku impor membuat industri persepatuan pesimistis bisa berdaya saing, terhadap produk luar negeri yang terus membanjir.

“Bahan baku saja masih bergantung pada impor, bagaimana harus berdaya saing terhadap produk luar negeri yang ada di pasar,” katanya kepada Bisnis, Jumat (13/12/2013).

Dia menjelaskan selama ini pasokan bahan baku mayoritas diimpor dari China dengan jumlah yang banyak. Namun, saat rupiah terdepresiasi serta adanya pengetatan impor membuat pasokan bahan baku menjadi berkurang, serta harganya menjadi mahal.

Oleh karena itu, Dina meminta pemerintah mengembangan industri bahan baku alas kaki lokal, untuk menekan ketergantungan terhadap bahan baku impor, yang otomatis akan  memacu pertumbuhan industri pendukung di dalam negeri.

Pihaknya juga mengeluhkan kompetensi sumber daya manusia di bidang persepatuan masih minim sehingga inovasi produk masih sedikit. “Memang untuk desain, kami berani bersaing dengan produk impor, namun SDM yang masih sedikit ikut mempengaruhi inovasi yang melambat.”

Adapun menanggapi kesiapan pasar bebas Asean 2015, pihaknya mengharapkan agar pemerintah memberikan insentif mulai dari sekarang, agar pelaku usaha bisa membuat produk lebih berdaya saing.

Sementara itu, Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Jawa Barat mengungkapkan pasokan bahan baku lokal memang menjadi persoalan klasik bagi industri persepatuan.

Anggota Aprisindo Jabar Taufiq Rohman mengatakan bahan baku, seperti kulit sapi, sering diekspor dalam kondisi mentah, padahal industri berbahan baku kulit dalam negeri sangat membutuhkan.

“Kami menyarankan pemerintah melarang ekspor kulit sapi mentah, namun harus berbentuk produk jadi agar nilai tambah yang didapat menjadi tinggi,” katanya.

Dia menjelaskan apalagi menghadapi bergulirnya pasar bebas Asean, para pelaku industri persepatuan yang berskala kecil dan menengah kurang dilibatkan. Sehingga, ujarnya, persiapan yang dilakukan belum optimal.

Namun, pihaknya optimistis produk lokal bisa berdaya saing dengan impor jika inovasi terus dilakukan. Menurutnya, selama ini desain produk impor yang membanjiri pasar lokal inovasinya masih monoton sehingga menjadi peluang bagi industri persepatuan lokal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper