Bisnis.com, JAKARTA - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mengatakan pelaku usaha mengeluhkan dengan melemahnya nilai rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
”Apalagi di dalam dunia usaha banyak sekali struktur loan (pinjaman) dalam bentuk dolar AS,” jelas Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perdagangan dan Hubungan Internasional Chris Kanter, Jumat (29/11/2013).
Dia menjelaskan melemahnya rupiah karena faktor defisit neraca berjalan (current deficit account). Selain itu, tapering off (pengurangan stimulus) yang dilakukan oleh bank sentral Amerika Serikat.
“Amerika akan menarik kembali dana yang mereka kucurkan selama dia [Amerika mengalami krisis pada tahun kemarin,” jelas Chris.
Seperti diketahui, beberapa tahun lalu yang lalu Amerika Serikat mengalami krisis dan mengucurkan dana ke beberapa negara berkembang, salah satunya ke Indonesia. Karena perekonomian Amerika berangsur-angsur membaik, akhirnya kucuran dana kepada negara berkembang ditarik.
”Amerika akan tarik kembali dana di pasar. Itu bukan if lagi, tapi when. Enggak ada assessment yang menghitung berapa itu ditarik. Kalau dananya ditarik, itu pasti. Semua pihak menghitung itu bakal membuat dolar menguat. Uang supaya balik naik " kata dia.
Dia mengatakan sesuai dengan perhitungan bank sentral Amerika, uang yang ditarik pasti akan dinaikkan suku bunga dengan kisaran 3% atau lebih.
”Bagaimana pun juga semua sudah menghitung akan menguat. Kalau namanya dia ditarik sudah pasti, supaya uangnya balik,” terangnya.