Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Rumah Global Pecahkan Rekor Sejak 2008

Pertumbuhan harga rumah secara global tahun ini telah melesat ke rekor tertinggi sejak akhir 2008, didorong oleh penguatan pasar real estate untuk perumahan di Turki dan Hong Kong.

Bisnis.com, JAKARTA — Pertumbuhan harga rumah secara global tahun ini telah melesat ke rekor tertinggi sejak akhir 2008, didorong oleh penguatan pasar real estate untuk perumahan di Turki dan Hong Kong.

Hal tersebut diungkapkan oleh Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) dalam laporan Keuangan dan Pembangunan yang dilansir Rabu (27/11). Laporan tersebut disusun berdasarkan survei terhadap 51 ekonomi termasuk Hong Kong.

Menurut IMF, indeks harga rumah global naik ke level 127,4 pada kuartal II/2013. Itu merupakan kenaikan yang terjadi selama 5 kuartal berturut-turut dan menembus level tertinggi sejak kuartal IV/2008.

“Pasar perumahan tengah memulihkan diri, tapi real estate di banyak negara masih saja terlalu tinggi,” papar salah satu institusi Bretton Woods tersebut dalam laporannya.

IMF mencatat kenaikan harga rumah di Hong Kong yang mencapai 14,6% pada kuartal kedua merupakan yang tertinggi di dunia. Menyusul di belakangnya adalah Ukraina dengan lonjakan harga rumah sejumlah 11,7%.

Sementara itu, harga rumah di Filipina melesat 10%, disusul Selandia Baru dan Kolombia dengan kenaikan masing-masing 8,8%. Adapun negara-negara yang justru mengalami pelemahan harga rumah adalah Hungaria, Belanda, dan Yunani yang masing-masing turun sekitar 11%.

“Pengalaman yang berbada-beda di tiap-tiap negara adalah alasan utamanya,” ujar Prakash Loungani, Penasehat Departemen Penelitian IMF, ketika menanggapi laporan tersebut.

Menurutnya, kenaikan harga rumah global tidak sepenuhnya berkaitan dengan penguatan pertumbuhan ekonomi atau performa aset. Harga, lanjutnya, juga merefleksikan apa yang dirasakan orang-orang tentang pendapatan permanen mereka.

“Di negara-negara yang apresiasi harga rumahnya berisiko menciptakan gelembung (bubble), para pembuat kebijakan dapat meresponsnya dengan perangkat makroprudensial yang dapat mengetatkan ketersediaan utang dan mencabut kekusutan di dalam pasar,” jelas Loungani.

Sementara itu, harga rumah di Amerika Serikat naik 6,1% pada kuartal kedua dari periode yang sama tahun sebelumnya. Dengan menggunakan rasio price-to-rent, properti di AS terapresiasi 0,76 kali lebih banyak dari rata-rata sepanjang sejarah.

Pertengahan September lalu, IMF mendesak agar peraturan pinjaman yang lebih ketat diterapkan secara global untuk mencegah bank-bank membangkitkan gelembung harga rumah.

Lembaga yang berbasis di Washington itu menginginkan diterapkannya kebijakan makropudensial untuk mengendalikan pinjaman KPR yang eksesif.

Laporan tersebut sekaligus memicu perdebatan apakah tren suku bunga yang hampir mendekati nol di banyak ekonomi maju dapat membangkitkan ledakan harga properti yang tidak sustainable dan berisiko.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper