Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kalangan Industri Mulai Waspadai Situasi Makro Ekonomi

Kementerian Perindustrian menyatakan kalangan industri mulai mewaspadai situasi makro ekonomi Indonesia yang kurang mendukung saat ini. Pasalnya, pengangguran besar-besaran tengah menghantui.

Bisnis.com, JAKARTA- Kementerian Perindustrian menyatakan kalangan industri mulai mewaspadai situasi makro ekonomi Indonesia yang kurang mendukung saat ini. Pasalnya, pengangguran besar-besaran tengah menghantui.

Menteri Perindustrian M.S. Hidayat mengatakan lantaran situasi ekonomi yang sulit diterima oleh berbagai pihak, pemerintah, diam-diam tengah menerapkan kebijakan pengetatan uang (tight money policy) atau politik uang ketat.

Hal ini terbukti dari para banker yang menahan pagu kredit untuk diturunkan. Bahkan, banyak pengusaha yang sebelumnya sudah menandatangani kerja sama loan, tetapi ditunda pencairannya.

“Suku bunga dinaikkan, bunga deposito juga naik sehingga lending rate atau bunga pinjaman di atas 14%. Ini tentunya kurang bisa diterima oleh sektor riil karena mengakibatkan pertumbuhan ekonomi menurun, aktivitas mengecil,” kata Hidayat usai acara Penghargaan Industri Hijau 2013 di kantor Kemenperin, Selasa (26/11/2013).

Hidayat menghimbau agar sektor rill jangan berhenti. Pasalnya, epicentirum dari pertumbuhan ekonomi adalah ketika sektor riil bergerak. “Harapan saya, meski sekarang diketatkan, mudah-mudahan perekonomian tidak melambat. Kalau pertumbuhan ekonomi nasional turun bisa membuat pengangguran besar-besaran,” tambahnya.

Dia memaklumi keputusan untuk menerapkan pengetatan uang ini. Menurutnya, ini dampak dari sikap kehati-hatian Bank Indonesia akibat kondisi ekonomi global dan defisit yang sedang terjadi. Oleh sebab itu, Hidayat meminta agar industri berhati-hati dan waspada karena kondisi ini bisa menimbulkan dampak berantai.

Selain itu, Menperin juga meminta agar pengetatan likuiditas jangan terlalu berlebihan. Kemudian, perbankan juga harus dikontrol agar jangan meningkatkan suku bunganya sehingga tidak bisa diserap oleh sektor riil. “Efek berantai tadi itu, pertumbuhan rendah, bunga tinggi, ya pengangguran.”

Saat ini, Hidayat juga meminta agar pengamanan melalui cara moneter tersebut (pengetatan uang) harus diikuti dengan pengawasan. Hal ini agar sektoor riil bisa tetap berjalan. Menurutnya, kalangan pengusaha melalui Kamar Dagang Industri (Kadin) dan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) sudah mulai mengeluhkan dampak kebijakan pengetatan uang ini.

Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi erat kaitannya dengan pertumbuhan industri manufaktur atau non-migas. Hingga saat ini, meski pertumbuhan ekonomi terus menurun, pihaknya optimis pertumbuhan industri manufaktur bisa mencapai target yakni sekitar 6%-6,5%.

“Yang saya takutkan kalau pertumbuhan ekonomi sampai 5,6%, jangan sampai. Saya takut banyak kegiatan terhenti, saya harus mengatakan ini. Makanya, kita sama-sama jaga keseimbangan,” tuturnya.


Baca juga:

- Ini Alasan BI Perketat Kebijakan Moneter

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper